Motivasi Saya Menulis

Saya sadar saya punya banyak teman, tapi ketika mengalami persoalan ini, saya malu untuk cerita pada mereka. Saya merasa gagal sebagai istri. Buku, bukan manusia, yang saya dekati untuk menjadi teman berbagi persoalan. Karena itu sekarang saya tulis pengalaman saya supaya bila ada yang sedang mengalami persoalan ini, bisa baca dan mendapat teman berbagi persoalan.

Saya sadar persoalan Anda tidak sepenuhnya sama dengan persoalan saya. Akan tetapi Anda bisa ambil makna yang saya sarikan dari persoalan saya untuk menjadi pegangan menghadapi persoalan sendiri.

Selamat membaca!

——-

Seorang istri bercerita pada saya, dia sedang mengalami konflik dengan suaminya, Dia mengeluh, suaminya ‘cuek’ terhadap dia, terhadap anak-anak, terhadap urusan rumah tangga mereka. Bahwa dia, si istri, sekarang ini harus mengurus semua urusan rumah tangga sendirian. “Pernikahan macam apa yang seperti ini?” demikian kata istri ini.

Pernikahan itu dua orang [suami dan istri] mengurus satu rumah tangga. Bila tidak demikian, timbul konflik. Istri terlalu dominan, konflik. Suami terlalu dominan, konflik. Istri terlalu bergantung, konflik. Suami terlalu bergantung, konflik. Istri terlalu cuek, konflik. Suami terlalu cuek, konflik. Apakah Anda setuju?

Saya bahkan punya nama tersendiri untuk fenomena-fenomena itu:

Suami terlalu dominan = menikahi pria otoriter;

Suami terlalu bergantung = menikahi anak mami;

Suami terlalu cuek = menikahi pecandu pornografi.

Lalu saya beranikan diri bertanya kepada istri ini, “Apa suamimu terlibat pornografi?”

Istri ini menjawab, “Iya. Waktu menikah, waktu kami masih tinggal di rumah mertua, aku sudah menemukan beberapa CD pornografi. Aku pikir biasa laki-laki begitu. Tapi …”

Nah! Benar, bukan? Saya tidak asal tebak!

Salah satu pola/jejak yang ditinggalkan pecandu pornografi adalah sikap cuek.

Seperti yang telah saya ceritakan di atas, pada saat mengalami persoalan ini, teman saya adalah buku. Buku yang saya baca kala itu berjudul Affair of The Mind, tulisan Laurie Hall, seorang istri yang bersuamikan seorang pecandu pornografi. Laurie menulis dengan baik tentang fenomena sikap cuek ini.

Peringatan:

Untuk para istri, mohon diingat bahwa ini hanyalah salah satu fenomena, untuk setiap kasus perlu diselidiki akar masalahnya. Mohon dimengerti juga, suami cuek/diam jangan langsung dihakimi, “Suamiku ini pasti pecandu pornografi.”

——-

Para istri, jika sekarang Anda tahu suami Anda terlibat pornografi, apa yang harus Anda lakukan?

Besarkan Hati!

Suami saya punya ruangan pribadi di rumah. Sebuah ruangan tempatnya mendengar musik, main komputer: urus desain [waktu persoalan ini terjadi suami bekerja di bidang desain grafis dan cetak], main game. Bergadang.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here