Jika kamu adalah seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan menjaga kekudusan seksual dalam berpacaran, mendapati fakta bahwa kekasih pernah berhubungan badan dengan mantannya tentu adalah sebuah hal yang serius. Mau tidak mau, kegalauan hati akan melanda. Apalagi, ketika kamu mencari pertimbangan dan nasihat dari orang-orang terdekat, ternyata nasihat-nasihat tersebut tidak sama, bahkan saling bertolak belakang. Yang satu tanpa perasaan berkata, “Putuskan saja!” sedangkan yang lain berpendapat, “Kalau cinta, terima apa adanya.”

Sahabat saya pernah mengalami hal tersebut. Ia kemudian membagikan pengalaman dan pengetahuan yang amat berharga kepada saya tentang bagaimana ia berhasil mengambil keputusan yang tepat dan mengatasi kegalauan hati akibat masalah ini.

“Bagi saya keperawanan memang bukan syarat utama untuk melanjutkan sebuah relasi yang serius, namun persoalan kekasih pernah jatuh dalam dosa seksual dengan mantan tak sekadar soal keperawanan saja,” ungkapnya. Ia pun kemudian menceritakan berbagai dampak buruk akibat dosa masa lalu pada mantan kekasihnya, yang tentunya berdampak buruk juga terhadap relasi mereka berdua. Tak ayal lagi, perselisihan dan pertengkaran selalu mewarnai hubungan mereka.

“Dalam masa-masa itu, pergumulan demi pergumulan yang saya hadapi membuat saya berpikir ulang. Sungguhkah atas nama cinta maka semua akan beres? Apakah dosa seksual kekasih di masa lalu tidak akan menimbulkan masalah dalam hubungan masa kini?” tanya sahabat saya waktu itu.

Dalam segala usaha untuk mempertahankan relasi tetap pada jalur menjaga kekudusan seksual, sahabat tersebut melakukan 3 check up penting berikut, yang juga dipesankannya pada saya jika hendak memberi bimbingan pada mereka yang mengalami kegalauan karena kasus yang serupa dengan dirinya:

1. Cek Perubahan Hidup

Hal pertama yang harus dicek saat mengetahui kekasih pernah berbuat asusila di masa lalunya adalah apakah ada penyesalan dan pertobatan yang nyata akan kesalahan di masa lalu tersebut.

Kasih menutupi banyak kesalahan. Itu benar! Akan tetapi, bukan berarti menutup mata terhadap ada atau tidaknya sebuah penyesalan dan pertobatan atas kesalahan masa lalu.

“Setelah sekian kali Ia merengek untuk diperlakukan dengan “cara” tertentu, bahkan berani berkata minta “digauli” untuk menyelesaikan perselisihan, saya mulai menyadari satu hal: sesungguhnya Ia belum pernah bertobat dari dosa masa lalunya tersebut,” ujar sahabat saya.

“Dan, ini dikonfirmasi pula oleh jawabannya ketika saya bertanya bagaimana pendapat dan pandangannya sekarang tentang saat-saat ketika Ia dulu “melakukannya” bersama sang mantan. Ia menjawab, ‘Semua teman akrab saya melakukannya dengan pacar mereka.’ Bagi saya, ini bukan jawaban yang menunjukkan pertobatan, melainkan pembenaran diri,” lanjut sahabat saya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here