Hari ini adalah hari ke-6 dan dokter telah memutuskan bahwa kami boleh pulang ke rumah (hore!). Tidak ada masalah yang berarti, selain ruam kemerahan yang mulai muncul di tubuh anak saya dan BAB yang agak lembek. Dokter menyatakan tidak ada masalah lagi. Semuanya sudah baik.

Ah, rasanya keputusan dokter ini bagaikan hujan di padang gurun. Menyegarkan sekali. Lega!! Akhirnya kami bisa pulang ke rumah lagi. Selamat tinggal kamar VIP yang membuat kami tidak bisa beristirahat karena jeritan dan tangisan anak kecil yang tak kunjung berhenti. Selamat tinggal perawat yang dengan rajin masuk ke kamar, bahkan di malam hari untuk mengecek suhu tubuh anak saya atau memberi obat. Semoga kami tidak pernah harus kembali lagi ke tempat ini (jangan sampai, ya, diopname lagi)!!

Namun, di hari terakhir ini ada sebuah kisah bonus yang ingin saya bagikan. Lucu-lucu ngeri. Tidak masuk akal, tetapi bisa juga terjadi. Ya, saya ingin bercerita sedikit fenomena yang terjadi ketika kami bersentuhan dengan dunia lain di kamar VIP kami.

 

Jadi siang itu, kami sedang menunggu proses administrasi agar bisa keluar dari rumah sakit. Anak saya mulai bosan dan mengantuk, mungkin juga lapar, karena ia menolak makan bubur yang disediakan di rumah sakit. Sementara itu, suami saya sedang sibuk mengurus pembayaran di lantai satu. Kami sendirian saja di kamar VIP kami (sejak awal memang saya menjaga anak saya sendiri di rumah sakit).

Akhirnya, karena si kecil rewel, saya menidurkannya di kasur dan memberinya susu. Kami berdua berbaring di kasur. Tak lama, terdengar suara samar, seolah-olah ada yang menekan bel di kamar untuk memanggil perawat. Padahal kami sama sekali tidak menyentuh apa-apa.

Benar saja, tak lama kemudian perawat masuk dan bertanya, “Ada perlu apa?”

Saya bingung. Saya menjawab, “Lho kami tidak memanggil perawat kok.”

Perawat yang masuk tampak lebih bingung lagi. Ia kembali berkata bahwa bel kamar ini bunyi, dan asalnya dari kamar mandi.

Saya mengatakan tidak ada orang di kamar mandi. Bahkan sudah sejak tadi saya menahan pipis, karena anak saya tidak mungkin ditinggal di kamar sendiri. Saya khawatir ia jatuh dari kasur yang cukup tinggi.

Perawat itu membuka pintu kamar mandi dan ternyata memang benar asalnya dari kamar mandi. Ajaib! Tak seorang pun ke kamar mandi. Bagaimana mungkin bel itu bisa tertekan sendiri? Sementara saya dan anak saya berada di kamar seorang diri.

Saya bisa melihat perubahan wajah di perawat itu, sekalipun ia tertawa menenangkan kami. “Sudah Bu tidak apa-apa,” katanya sembari mematikan bel yang berada di kamar mandi.

Seketika saya menyadari. Mungkin selama ini kami tidak hanya sendirian di kamar VIP kami. Mungkin ada penghuni tak kasar mata yang juga ingin mengucapkan selamat tinggal pada kami. Mungkin mereka senang karena akhirnya kami pergi dan tak mengganggu mereka lagi. Atau sebaliknya, mereka sedih karena kami tidak akan menempati kamar itu lagi.

 

Berbicara tentang dunia lain, pernahkah kita berpikir bahwa para dokter dan perawat bekerja dalam dunia yang berbeda dengan kita?

Ketika seseorang memilih profesi, kebanyakan pasti memilih pekerjaan yang bisa memberinya kedudukan dan kekayaan. Sementara dokter dan perawat memilih profesi yang mengharuskan mereka untuk melayani orang lain.

Baca Juga: Jika Tidak Setinggi Bintang, Apakah Berarti Anak Salah Memilih Cita-cita?

Mereka harus menyelesaikan sekolah lebih dari empat tahun. Belajar sekuat tenaga, agar dapat memperoleh gelar dokter. Lantas, ketika lulus, justru mereka harus melayani orang-orang sakit tanpa mengenal lelah dan sering kali tanpa mengenal waktu.

 

 

1. Dokter dan Perawat Tidak Mengenal Hari Libur

Tante saya seorang dokter. Sejak kecil, saya melihat sendiri pekerjaannya sering kali menyita waktunya dengan keluarganya sendiri. Ketika ada acara keluarga, ia harus tiba terlambat atau pulang lebih awal karena ada operasi dadakan atau ada pasien yang membutuhkan pertolongan saat itu juga. Kami memakluminya. Itu adalah tuntutan pekerjaannya. Bahkan di hari Minggu dan hari libur, sewaktu-waktu mereka harus siap untuk dipanggil ke rumah sakit dan bekerja. Satu-satunya waktu bagi mereka untuk berlibur adalah ketika mereka cuti. Akan tetapi, cuti pun tidak bisa terlalu lama (bisa-bisa dipecat nantinya, ya).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here