“Ini libur lama, uang sekolah nggak ada potongan ya, Miss?” tanya seorang wali murid yang saya hubungi setelah dua minggu menjalani Home Learning.

Saya menarik napas panjang sebelum menjawab. Isu ini memang sudah bicarakan di sekolah. Jadi saya sudah tidak kaget dengan pertanyaan itu. Saya paham dengan sudut pandang orang tua. Mereka membayar full, tapi guru-guru tidak mengajar, bukan?

Yang capek mengajar siapa? Orang tua kan? Rugi sekali bayar uang sekolah tapi anak tidak masuk sekolah!

Pertama, Bapak dan Ibu, guru-guru tidak libur. Sekolah-sekolah tetap beroperasi

“Masih masuk sekolah, Miss?”

“Iya, Masih.” jawab saya.

Meskipun tidak setiap hari, guru-guru tetap bekerja. Memang ada sekolah-sekolah yang sudah steril, artinya tidak seorang guru atau staff pun yang masuk sekolah. Akan tetapi sekolah masih tetap beroperasi sehingga hal ini tetap membutuhkan biaya, bukan?

Memang tagihan listrik akan turun. Beberapa biaya bisa lebih hemat. Namun biaya operasional bukan hanya soal listrik, kan?

Justru dengan sistem pembelajaran jarak jauh secara online, sekolah butuh biaya besar untuk mengadakan berbagai fasilitas penunjang yang tadinya tidak ada. Membuat yang tak ada menjadi ada itu biayanya mahal. Mulai dari membeli komputer dan laptop baru, lisensi resmi aplikasi pembelajaran, pengadaan kamera untuk merekam pengajaran guru, penambahan kuota internet, dll.

Selain itu, bukankah sesuai harapan orang tua, sekolah perlu dibersihkan secara khusus dengan disinfektan? Biayanya tidaklah murah. Bukankah Bapak/Ibu merasakannya ketika membeli masker dan hand sanitizer? Apalagi untuk sekolah-sekolah besar! Makin bagus sekolahnya, makin besar juga biaya operasionalnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here