”Simpanan?” Saya menatapnya untuk mencari tanda-tanda di wajahnya bahwa perempuan itu sedang bercanda. Saya tak mendapatkannya.

”Ya, pak. Simpanan suami orang,” jawabnya sambil menuangkan gula di teh pesanannya.

Percakapan kami berlanjut seiring tenggelamnya matahari. 

Apa yang ada di benak Anda ketika mengetahui seorang adalah perempuan simpanan? Berpenampilan norak, mengumbar keseksian, dan glamour? Saya sama sekali tidak menjumpainya pada perempuan yang duduk di hadapan saya sore itu. 

Mira, sebut saja namanya begitu, malah lebih memberikan kesan seorang ibu rumah tangga baik-baik, atau pegawai kantoran yang selalu rapi.

Mira sudah melewati perjalanan hidup yang panjang di usia nya yang ke 30-an. Jatuh cinta di usia belasan, mabuk asmara hingga diperkosa oleh pria yang menjadi pacarnya pada waktu itu. Pria yang mencintainya, tetapi juga memaksa Mira menyerahkan keperawanannya. Pria yang akhirnya juga membawa mira ke suatu tempat untuk menggugurkan kandungannya.

Cinta, atau tepatnya cinta dan nafsu, memang punya potensi luar biasa untuk mengubah manusia. Ia telah membawa Mira pada sebuah jalan kehidupan yang tak pernah ia bayangkan saat bertumbuh di usia remaja. Mira yang rajin ke tempat ibadah, telah berubah menjadi Mira yang bahkan tega mengakhiri hidup anaknya sendiri.

”Berhari-hari setelah peristiwa itu, saya sempat ngga bisa tidur. Saya seperti mendengar suara bayi yang menangis tiap kali saya memejamkan mata,” air matanya menetes ketika Mira menengok kembali perjalanan hidupnya.

Saya menyodorkan kotak tissue untuknya. Mira mengambil dua helai dan menyeka air matanya.

Pacar Mira meninggalkannya setelah pengguguran kandungan itu. Mira merasa ditinggalkan seperti sampah yang dicampakkan begitu saja. Tak berdaya. Tak berharga.

Walaupun hidup pribadinya berantakan, namun kuliah terselesaikan dengan hasil yang relatif baik. Mira mendapatkan sebuah pekerjaan dengan prospek masa depan yang sangat baik. Tak pernah berpikir untuk menjalin relasi dengan seorang pria, sampai akhirnya ia jatuh cinta dengan rekan kerjanya. Cinta yang tak pernah dapat ia miliki seterusnya, karena sebuah kecelakaan yang merenggut pria itu dari hidup Mira selama-lamanya.

”Saya ngga akan pernah jatuh cinta lagi. Hidup ini terasa ngga adil. Saya memang pernah berbuat salah, tapi mengapa Tuhan justru mengambil pria yang baik ketika saya sudah bermimpi untuk menikah?” dengan menahan tetesan air mata, Mira mengatakan kalimat-kalimat itu.

Mira merasa Tuhan telah menghukumnya dengan cara yang paling menyakitkan baginya. 

Semenjak itu, ia meninggalkan kebiasaannya beribadah. Ia kecewa pada Tuhan. Mira pun menenggelamkan diri pada pergaulan bebas ibukota yang menjanjikan apa saja. Kekecewaan itu membuatnya berlari pada pengejaran kenikmatan, apa dan berapa pun harganya. Klasik, bukan?

Mira dan Keputusannya untuk Menjadi Istri ‘Simpanan’

”Lalu, mengapa memutuskan menjadi istri simpanan?” tanya saya setengah berbisik.

Mira terdiam sesaat, lalu menjawab,” Ini jalan termudah untuk hidup, Pak. Saya bisa mendapatkan apa yang saya mau. Tak perlu kerja keras. Cukup mengurus satu orang saja yang hanya datang sesekali.”

”Datang sesekali untuk seks?”

1 COMMENT


  1. Warning: Attempt to read property "ID" on bool in /home/ributruk/public_html/wp-content/plugins/podamibe-custom-user-gravatar/pod-custom-user-gravatar.php on line 179
    Lenj

    Ga perlu ngajarin istri sah, tetep aja simpanan itu adalah wanita rendah yg tidak pny akhlak dan hati nurani, apapun alasannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here