Keinginan absurd itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah dorongan. Dorongan untuk mengetik sebuah pesan singkat pada seorang teman yang hanya ku tahu namanya di media sosial: aku ingin mati.
Jika aku mati, mungkinkah hilang semua masalahku? Jika aku mati, aku tak perlu lagi merasakan sakit hati yang luar biasa ini. Aku tak akan kesepian lagi. Ya, sebaiknya segera saja kuakhiri semua ini. Toh tak ada seorang pun yang mengasihiku. Tak ada yang akan merasa kehilangan diriku.
Namun sebelum aku sempat melanjutkan niatku menggantung diri, pesanku dibaca dan dibalas oleh temanku itu. Jangan mati! Ceritakan padaku apa masalahmu. Biarkan aku mendengarkanmu.
Aku menunda semua pikiran untuk bunuh diri. Akhirnya! Ada seseorang yang mau mendengarkanku.
Satu Keinginanku
Aku menceritakan semua masalahku padanya. Ia, seorang kawan yang tak kukenal secara pribadi. Tak pernah berjumpa denganku tatap muka. Dan tak pernah bertegur sapa denganku sebelumnya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Entah mengapa aku tak lagi merasa sendiri. Aku masih ingin hidup, karena ternyata masih ada orang yang mau mendengarkanku.
Ia tidak mengatakan apa-apa atau berusaha memberi jalan keluar. Ia malah meminta maaf karena tak bisa memberi nasihat apa-apa. Namunm ia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang kuucapkan. Ia memberiku kekuatan.
Aku merasa lega.
Tanpa kusadari, aku telah turun ke lantai, ke tempat tidurku. Aku menangis dan menangis. Namun, aku merasa lega. Aku tak lagi seorang diri. Akhirnya aku bisa membagi sedikit permasalahanku.
Seandainya bisa, ingin kusampaikan pesanku ini pada setiap orang yang mengalami hal yang sama denganku. Jangan takut, kamu tidak sendirian. Ceritakan padaku masalahmu, maka aku akan mendengarkan. Bahkan jika aku tak bisa memberikan jalan keluar, ijinkan paling tidak aku memelukmu agar kau tak merasa sendirian. Karena kamu indah dan berharga, paling tidak di mataku. Ijinkan aku membantumu melihat betapa berharganya dirimu.
Bagi yang memiliki teman dengan masalah sepertiku. Tolong jangan sebarkan kisahku pada orang-orang di sekitarmu dan menjadikan aku sebagai bahan gosip atau bahan bullying. Jangan juga buru-buru memberikan judgement buruk terhadapku dan membuatku merasa semakin kecil.
Jika aku mengulurkan tanganku, maka peganglah tanganku dan tetaplah bersamaku. Agar aku tak lagi merasa tak berharga dan seorang diri.
(sebuah kisah nyata yang dituturkan pelaku kepada penulis)