Aku hamil. Kuberitahu ibuku, yang ternyata langsung histeris. Ibu menyuruhku untuk aborsi. Aku marah. Mengapa aku harus melakukannya ketika kakakku bisa menikah dan bahagia? Tapi ibuku mengeraskan hatinya, tak ingin dibantah.
Ibu Meninggalkanku Selamanya
Aku melawan dan menolak. Dalam emosi aku meluapkan semua perasaanku dan ibuku mendengar hal itu: apa yang terjadi pada masa laluku. Apa yang selalu kututupi dan tak ingin kuceritakan pada siapapun. Bahwa Ayah telah melecehkanku.
Ibuku sangat terkejut dan tak sadarkan diri. Mungkin ia tak sanggup menerima kenyataan itu. Dan aku menyesal telah mengungkapkan hal itu kepadanya.
Di rumah sakit ibuku tak sadarkan diri. Ayahku tak mau tahu dan terus menerus membela dirinya seolah-olah menyalahkanku. Aku adalah kambing hitam dalam keluargaku.
Diam-diam di samping ranjang ibuku aku menangis dan berbisik di telinganya. Aku akan melakukan apapun yang ia minta asal jangan tinggalkan aku sendiri. Jangan mati, tetaplah bertahan hidup.
Aku berdoa sekuat tenaga. Namun, Tuhan seolah-olah juga tak ingin mendengarkan doaku. Ibuku meninggal tanpa pernah mengucapkan kata-kata selamat tinggal. Ia tak pernah bangun lagi sejak hari itu. Lagi-lagi aku merasa sendiri.
Keluarga membenciku dan menganggapku sebagai pembunuh ibuku. Karena aku hamil di luar nikah, ibuku tak tahan melihat kelakukanku. Demikanlah yang terdengar ke telingaku. Mungkinkah aku memang seorang pembunuh?
Bunuh Diri adalah Pilihanku
Hari-hariku semakin tenggelam dalam depresi dan tak seorangpun mau mendengar pembelaanku. Di mata mereka aku hanyalah seorang pembunuh. Bahkan mereka tak sudi lagi menatapku. Apa benar aku serendah itu?
Seutas kabel telah membelit leherku. Aku sudah bersiap-siap menendang kursi yang menjadi satu-satunya pijakanku. Jika memang aku serendah dan setidak berharga itu, apa lagi gunanya aku hidup?
Namun entah mengapa aku mengingat bahwa media sosialku belum sempat ku log out dari ponselku. Entah mengapa, mungkin terasa absurd, aku tak ingin mati dengan meninggalkan akun media sosialku begitu saja di ponselku. Aku mengambil ponsel yang masih tersimpan di saku celanaku dengan kabel masih melilit di leherku.