Namaku Esther. Dalam sejarah, Esther adalah wanita cantik yang memikat hati dan sangat dicintai oleh seorang raja. Namun keindahan namaku tak sesuai dengan berbagai kenyataan pahit yang harus kualami dalam kehidupan ini.
Semua bermula ketika aku mulai beranjak dewasa. Ayah kandungku, orang yang paling kucintai dan kuhormati, justru berulangkali melakukan pelecehan seksual kepadaku. Betapa hancur dan kecewa, bagaimana mungkin orang yang kucintai dan seharusnya juga mencintai dan menjaga malah berusaha merusakku?
Namun, aku tak berani menceritakan hal ini kepada siapa pun. Kusimpan rahasia ini rapat-rapat. Aku tak ingin orang yang kucintai meninggalkanku. Aku tak ingin keluargaku hancur karena pengakuanku. Aku tak ingin dibully karena keadaanku.
Tak Berharga, Tak Dicintai
Semenjak itu hidupku harus berubah total. Aku tak lagi merasa berharga. Aku merasa tak dicintai, tak diinginkan, kotor, dan tak seorangpun dapat memahami perasaanku.
Aku mulai kecanduan alkohol. Berpesta hingga larut malam bahkan tak pulang ke rumah. Pergaulan yang buruk juga menyeretku pada seks bebas. Semuanya kulakukan untuk memendam dalam-dalam semua permasalahan yang menghantui. Karena aku tak ingin seorang diri.
Jika aku sendirian, rasanya ingin mati. Bukan sekali dua kali aku mengambil gunting dan kucoba memutus nadi di tanganku. Namun rasa sakitnya menyadarkanku. Tidak, aku belum ingin mati.
Kakak kandungku tiba-tiba memberi tahu kami bahwa ia hamil di luar nikah. Keluarga memaksanya untuk segera menikah dengan pria yang berhubungan dengannya. Ia menikah dan sepertinya kehidupan terlihat jauh lebih baik baginya.
Aku merasa iri pada kakakku. Kukira aku harus melakukan hal yang sama. Kukira dengan hamil dan menikah maka hidupku yang kacau ini perlahan-lahan bisa menentukan arah yang lebih baik.