2. Kebohongan-kebohongan yang membunuh kepercayaan dari istri dan seluruh anggota keluarga

Seorang pecandu pornografi memiliki ‘ruang rahasia’ yang tersembunyi, yang ia tidak ingin orang lain tahu. Ia seringkali meninggalkan komunitas, bahkan pasangannya, untuk menyendiri dan masuk dalam ruang rahasianya, menikmati pornografi.

Aktivitas rahasia pecandu pornografi membuatnya harus mengorbankan hal-hal lain, baik itu pekerjaan di kantor ataupun kebersamaan dengan istri dan anak. Si pecandu pornografi men-discount jam kerja ataupun waktu berkualitas dengan keluarga demi menikmati pornografi. Di sisi lain, tak sedikit pula pria yang ingin tampil sebagai suami dan ayah sempurna, mempertahankan waktu siang bersama keluarga, namun selalu lembur di malam hari untuk memenuhi kecanduan. Akibatnya, waktu tidurnya berkurang dan emosi pun terganggu. Pada akhirnya, ia tetap tak mampu tampil sempurna di hadapan keluarga yang dipimpinnya. Bukan hanya karena emosinya yang labil, namun juga karena hilangnya kepercayaan dari istri maupun anak-anak yang telah dibohongi.

Tak ada seorang pun sanggup menyimpan bangkai busuk untuk waktu lama. Seindah apa pun itu dibungkus, aroma menyengatnya akan tetap sampai ke hidung orang-orang yang berada di sekelilingnya. Demikian pula, tak seorang pun mampu berlama-lama berbohong pada orang yang sama tanpa ketahuan. Kepercayaan padanya pastilah menjadi rusak karena hal tersebut.

3. Teladan buruk yang menghilangkan wibawa di hadapan seluruh anggota rumah tangga

“Anak Bapak didisiplin karena kedapatan menonton video porno dari ponselnya.”

“Jadi, Bu?”

“Mohon Bapak bantu juga menegur dan mendidiknya di rumah.”

“Ah Ibu, semua laki-laki pasti lihat yang gitu-gitu. Biasa aja, Bu.”

Demikian rekan saya mengisahkan percakapannya dengan seorang Bapak, orangtua siswa. Bapak tersebut dipanggil karena anaknya kedapatan menonton klip berkonten pornografi dari ponselnya di jam pelajaran sekolah. Bapak tersebut berkeras menolak menegur anaknya. Kira-kira apa alasannya? Besar kemungkinan, karena ia sendiri pecandu, atau setidaknya, penikmat pornografi. Tak heran jika ia berkomentar, “Itu sudah biasa” terhadap ‘kenakalan’ yang dibuat anaknya.

Kecanduan pornografi membuat seorang pria kehilangan wibawa di mata seluruh anggota keluarga. Sebagai ayah, ia tak mampu menegur anak-anaknya sendiri terkait persoalan pornografi dan kekudusan seksual. Ia telah memberikan teladan yang buruk dengan kecanduan pornografinya tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here