Saya sering bingung melihat teman-teman saya sangat menikmati drama Korea. Mereka menghabiskan waktu di depan layar hingga seakan hidup dalam alur cerita yang sepertinya jauh dari kenyataan.

Akhir-akhir ini, saya menemukan alasan mengapa drama Korea punya magnet yang begitu kuat dalam hidup ibu-ibu muda, teman-teman di sekeliling saya. Saya memang tak begitu menikmatinya. Tapi saya pernah ditarik magnet lain yang ternyata setali tiga uang: film dengan nuansa romantisme yang tidak kita dapati dalam keseharian.

 

Suamiku kok begitu?

Suami saya bukan seseorang yang romantis. Tidak pernah dia membelikan saya bunga. Romantic dinner? Tak pernah! Ya…mungkin satu atau dua kali selama masa pacaran, tapi setelah menikah seingat saya tak pernah kami makan malam berdua dengan suasana yang dirancang istimewa.

Suatu kali dalam pertengkaran, saat saya merasa semua jalan sudah buntu, saya berkata padanya, “Paling tidak, aku berharap kamu mencari aku ketika aku pergi. Setiap kali adu mulut, kamu pasti akan pergi tidur, tidak peduli aku pergi ke mana, atau melakukan apa. Terkadang aku sembunyi, ingin membuktikan bahwa suamiku masih peduli, mencari aku,” lalu saya pergi melangkah, bersembunyi dan mencurahkan kesedihan di tempat jemuran. Di situlah saya berpikir: kenapa ya kok sampai punya pikiran seperti itu?

Beberapa waktu lalu, dalam keadaan seisi rumah down karena flu, saya diam-diam berharap suami memberi saya ruang untuk tidur lebih lama. Suatu malam, kami pulang larut dan dia bertanya apakah saya sudah makan.

Saya menjawab, “Belum,” sambil berharap dia berinisiatif memasak semangkuk mie kuah hangat. Nyatanya, dia hanya menunjuk pada makanan yang ada di meja lalu menyuruh saya untuk minum obat. That’s it! Saya kemudian menghabiskan waktu di ruang makan, masak mie kuah sendiri, makan sendiri, menangis sendiri, dan tentu saja menyesali mengapa suami tidak pernahmengerti maksud hati saya.

 

Suami ideal ada di mana?

Berapa banyak adegan romantis ketika si perempuan menangis diguyur air hujan lalu tanpa diduga terdengar suara di telinga, “Jangan pergi! Aku tidak kuat tanpamu!” diikuti dengan lengan kuat yang mendekap dari belakang?

Belum lagi adegan serupa film favorit saya “You’ve Got Mail”, ketika Joe Fox datang membawa bunga ketika Kathleen Kelly saat ia terbaring sakit. Atau Ethan Hunt yang rela menerima peluru demi perempuan yang dia cintai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here