Sebagai seorang perempuan, awalnya saya berpikir bahwa bertumbuh menjadi perempuan dewasa itu terjadi secara natural. Saya berupaya mengingat-ingat bagaimana pertumbuhan saya sendiri dari seorang gadis kecil bertumbuh menjadi perempuan dewasa.
Ah…tidak banyak yang masih saya ingat, ibu saya hadir tapi tidak banyak kenangan yang saya kenang. Sudut pandang saya berubah saat anak perempuan saya mulai beranjak sepuluh tahun. Pertanyaan-pertanyaan polos anak perempuan saya menggugah pemikiran baru bagi saya, pertumbuhan menjadi seorang perempuan dewasa itu tidak natural. Perlu ada perempuan yang lebih dahulu mengalami mengajarkan pada mereka.
Iseng-iseng saya mengajukan pertanyaan apa yang ibu lain lakukan ketika mendekat masa menstruasi pertama anak perempuan mereka atau apa yang mereka kenang dari menstruasi pertama mereka sendiri. Sebagian mereka memiliki kenangan yang baik dan masih jelas dalam ingatan mereka.
Saya mulai berpikir bahwa bila kita perlu dengan ’sengaja’ mengajarkannya pada anak. Apa yang ingin saya bagikan pada anak perempuan saya terkait hal yang akan dihadapinya sebagai perempuan.
Masukan ibu-ibu dan perenungan pribadi saya membuahkan paling tidak ada lima kesadaran baru tentang mengajar anak perempuan menjadi perempuan dewasa.
1. Mempersiapkan anak menghadapi mestruasi pertama adalah penting dan mendesak
Setiap ibu yang memiliki anak perempuan memang pasti menghadapi momen saat gadis kecilnya bertumbuh menjadi wanita dewasa. Ilmu psikologi menjelaskan bahwa sekalipun momen puber itu sangat singkat, namun momen ini akan sangat mempengaruhi hidup seseorang.
Anak perempuan kecil saya ini akan segera beranjak dewasa, tidak ada penundaan, ada satu urgensi yang perlu saya perhatikan dalam mengerjakan misi saya terkait hal ini.
2. Pastikan anak hadapi menstruasi pertama dengan positif
Bagaimana dengan persiapan menstruasi pertama itu sendiri? Alih-alih membiarkan anak saya tanpa petunjuk, saya berinisitif memberi petunjuk sejelas dan sesederhana mungkin. Anak gadis saya menyiapkan pembalut dan celana dalam ganti di dompet kecil untuk dibawa ke sekolah. Saya mengajarkan bagaimana memakainya, berapa sering perlu diganti, bagaimana cara membuang pembalut bekas.
Kami juga melakukan persiapan bila menstruasi pertama terjadi di sekolah, apa yang akan anak lakukan. Anak perempuan saya berkata bahwa dia akan ijin guru kelasnya, pergi ke kamar kecil dan memakai pembalut. Bila diperlukan, saya siap menjemputnya, ijin pulang ke rumah lebih cepat.
Cerita selanjutnya menggembirakan hati saya, bahwa anak saya meyakinkan teman-temannya yang menerima peristiwa menstruasi pertama ini dengan negatif, bahwa ini wajar, ini proses Tuhan mempersiapkan anak gadis menjadi perempuan dewasa.