“Apakah istri selalu jadi pihak yang salah, ya (alias cari ‘gara-gara’)?” tanya seorang bapak saat membaca tulisan saya “Mengapa KDRT Terjadi? Kisah Nyata Pasutri ini Mengajarkan 3 Hal yang Perlu Diperhatikan”.

Saya membalasnya begini, “Sebagai mantan jurnalis, saya biasa cover both side.” Saya menyadari bahwa KDRT sering dilakukan suami kepada istri atau cowok kepada cewek. Jadi, saya memang mau melanjutkan tulisan saya pada kesempatan berikutnya. Dari hasil konseling dengan para gadis dan istri yang mengalami KDRT, inilah ciri-ciri yang paling menonjol.

Pertama, tidak sabaran.

Meskipun pada saat PDKT cowok ini bisa kelihatan sabar, tetapi coba perhatikan raut mukanya. Ketidaksabaran tidak bisa disembunyikan. Bola matanya terus bergerak. Anggota badannya, khususnya tangan dan kaki, tidak bisa diam. Apalagi matanya. Walaupun secara sembunyi-sembunyi, dia terus-menerus melirik jamnya, kecuali dia memakai arloji yang terhubung dengan gadget-nya. Bisa jadi dia membaca notifikasi yang ada di sana.

Karena kurang sabar, dia cepat emosi. Bisa jadi ini terlontar dengan kata-kata yang dibungkus ‘guyonan’, seperti, “Kamu ke toilet untuk bertapa ya?” Setelah Anda ‘ready to go’ dia akan segera berjalan mendahului Anda. Ingat, tidak semua kasus begitu. Bisa jadi kalian sedang mengejar pesawat yang sudah boarding.

Kedua, pencemburu besar plus obsesif.

“Kenapa tanganmu?” tanya saya kepada seorang gadis yang konseling ke saya dengan pergelangan tangan membiru. “Saat menjumpai aku sedang mengobrol dengan teman cowokku di perpustakaan, cowokku langsung menarik tanganku keras-keras dan menyeretku keluar.”

Rasa memiliki yang berlebihan membuat cowok ‘melindungi’ pasangannya dengan cara yang salah.

Ketiga, manipulatif.

Meskipun yang salah dia, tetapi dengan licik dia bisa membalikkan keadaan sehingga jadi Andalah yang merasa bersalah. Coba renungkan berapa kali Anda menemukan kesalahannya tetapi pada akhirnya jadi berbalik Anda yang ‘salah’.

“Makanya, next time kalau minta diantar pakai planning,” begitu ujar seorang cowok yang mobilnya serempetan dengan mobil lain saat mengantar ceweknya. “Padahal, biasanya dia tidak pernah berkata seperti itu. Hanya karena dia bermain hape sambil setir, maka mobil kami serempetan,” terang cewek itu pada saya.

Keempat, membanting benda.

Jika saat pacaran dia sering membanting pintu dan/atau benda-benda lain di sekitarnya, bisa jadi saat menikah, Andalah yang jadi sasaran. Apalagi kalau sampai dia berani membanting barang-barang mahalnya.

“Kalau sudah marah, suami saya suka membanting jam tangan sampai handphone-nya,” ujar seorang istri. “Sudah berapa kali dia ganti hape karena dilemparkan di dinding,” imbuh perempuan itu.

Benda-benda itu baru permulaan. Beberapa saat kemudian, sang istri menelpon saya sambil menangis, “Kali ini dia menampar saya, Pak Xavier.”

Kelima, beda di luar dan di dalam.

“Masa dia (menyebut nama) bisa berbuat begitu kepada istrinya,” ujar seorang ibu. “Bisa jadi istrinya yang bikin ulah,” lanjutnya.

Bapak yang diceritakan ini memang terkesan cool, sehingga jika terjadi pertengkaran hebat, pihak istrilah yang selalu disalahkan. Apalagi, ‘kesaksian’ orang serumahnya mengatakan bahwa cowok ini pendiam dan ‘orang rumahan’.

“Saya sudah bosan melihat kemunafikannya, Pak Xavier,” ujar istrinya.

Bagaimana sebaiknya?

Dalam sesi konseling, saya menyarankan agar ‘ojo kesusu’ mengatakan, ‘ya’ saat doi melamar. Tindakan yang ‘grusa-grusu’ membuat cewek salah pilih. Saya juga meminta mereka mengamati bagaimana respons cowok itu saat mendapat tekanan.

“Jika perlu ajak berlibur. Tentu saja bersama keluargamu,” saran saya. Jika berkumpul sekian lama, biasanya sifat aslinya akan muncul. Oleh sebab itu, berhati-hatilah. Membeli barang saja diminta hati-hati, apalagi memilih pasangan seumur hidup.

Semakin banyak ciri-ciri atau tanda-tanda itu dalam diri cowokmu, semakin besar potensinya untuk menjadi pelaku KDRT kelak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here