Jika kita di kantor atau di jalanan di perumahan kita dan kebetulan berpapasan dengan orang-orang seperti itu, sapalah mereka namun bersegeralah melanjutkan aktivitas kita sendiri.

Selain itu, jawablah pertanyaan mereka dengan sopan seperti ini, “Bantu doanya, ya…” Biasanya jawaban seperti ini cukup ampuh; 80% dari mereka akan berhenti bertanya dan justu ikut berempati

Isilah masa penantian kehadiran anak dengan 5 hal bermanfaat ini


1. Mengenal pasangan lebih dalam.

Hal ini perlu kita lakukan karena kehidupan menikah berbeda dengan kehidupan sewaktu berpacaran. Setelah menikah pasti ada hal-hal baru yang kita temukan. Sekarang ada dua pikiran yang harus dijadikan satu, dua kebiasaan yang masuk ke dalam satu rumah.

Hal-hal seperti ini adalah hal yang runyam bagi beberapa orang serta bisa memicu pertengkaran. Jadi ketika momongan belum hadir, ini adalah momen bagi kita untuk mengenal lebih jauh tentang pasangan kita dan diri kita sendiri.


2. Melakukan honeymoon lagi. 

Honeymoon atau bulan madu tidak terbatas hanya untuk pasangan-pasangan yang resepsi pernikahannya baru selesai, namun berlaku bagi setiap pasangan dan kapan pun juga ketika dananya memang ada. Kita bisa jalan-jalan ke luar kota atau keluar negeri tanpa beban tanggung jawab terhadap anak.

Hampir semua orang yang sudah mempunyai anak mengatakan bahwa mumpung belum punya anak, usahakan untuk bisa jalan-jalan. Kita bisa melakukan apa pun dengan bebas, walaupun memag tidak bisa sebebas waktu kita masih single. Saya dan suami pun sudah membuat rencana bepergian ke tempat-tempat yang mau kami kunjungi tahun ini.


3. Mengelola keuangan dengan lebih baik

Karena kita masih belum punya anak, kita bisa mengatur keuangan kita dengan lebih longgar dibandingkan dengan pasangan yang sudah punya anak.

Tidak dimungkiri bahwa jika kita punya anak, pasti juga besar pengeluaran kita, walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa anak ada berkatnya sendiri-sendiri. Namun bagaimana pun juga pastilah pengeluaran kita berbeda dengan pengeluaran sebelum kita punya anak, bukan?

Hal yang perlu diingat adalah bahwa kita tetap harus punya tabungan supaya ketika sewaktu-waktu Tuhan berikan “titipan-Nya”, kita sudah siap.

4. Mengembangkan kapasitas dalam pelbagai hal

Masa penantian bukan berarti tak melakukan apa-apa. Selain menikmati waktu berdua, maka pengembangan kapasitas dalam pelbagai hal pun harus terlaksana. Suami bisa menikmati waktu dengan mengikuti pelatihan atau berkumpul dengan teman-teman yang punya hobby tertentu, sementara istri seperti saya juga bisa mengikuti acara seperti pelatihan menulis yang diselenggarakan ributrukun.net ini.

5. Mengelola waktu dengan lebih baik

Bagi saya yang adalah seorang wanita karier, belajar lagi dalam mengatur waktu adalah suatu keharusan.

Terus terang, hal pertama yang membuat saya kewalahan setelah menikah adalah pengelolaan waktu. Ketika single, setelah pulang bekerja, saya bisa langsung, makan, mandi, nonton tv sebentar lalu tidur ketika merasa capek. Tidak halnya setelah menikah. Saya harus bangun lebih pagi menyiapkan untuk diri sendiri dan suami.

Pulang kerja saya pasti membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk suami dan melakukan hal-hal lain. Belum lagi kalau suami mengajak nonton, pergi ke mall untuk sekadar jalan jalan dan sebagianya. Sebagai istri, saya harus berusaha sebisa mungkin ikut melakukan kegiatan-kegiatan bersama suami, kecuali kalau saya benar-benar kelelahan. Saya berkeyakinan bahwa setelah beradaptasi dan bisa mengantisipasi banyak hal, pastilah nanti saya lebih cakap saat punya anak.

Percayalah akan satu hal: Tuhan akan selalu memberikan kepada kita hal-hal yang kita perlukan tepat pada waktunya. Tuhan tidak akan terlambat dan tidak akan terlalu cepat.

Baca Juga:

Unexpected Pregnancy: Anak Laki-laki Ketiga dan 3 Anugerah Indah Lain dari Sebuah Kehamilan yang Tak Terduga

Sederhana, tapi Bisa Mengubah Hidup Anak-Anak Kita. Orang Tua, Pastikan Anak-Anak Kita Pernah Mendengarnya!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here