Belum punya anak setelah menikah? Ini yang bakal sering Anda alami:
“Pagi, Ce! Gimana, sudah isi?” demikianlah sapaan sekaligus pertanyaan dari teman kantor saya yang hampir setiap kali terdengar ketika saya masuk ke kantor.
“Sudah. Tadi saya sarapan nasi campur,” jawab saya bercanda, walaupun saya tahu yang dia maksud dengan ‘isi’ adalah titipan Tuhan, yaitu seorang bayi di dalam rahim saya.
Ini memang sebuah pertanyaan yang wajar dan umum untuk ditanyakan kepada semua orang yang baru beberapa bulan menikah. Kemungkinan besar pengalaman ini juga dirasakan oleh orang-orang yang baru menikah.
Respon orang-orang yang menjadi korban pertanyaan ini bisa bermacam-macam. Ada orang yang menanggapi dengan bercanda juga, karena mereka tahu apa maksudnya pertanyaan tersebut. Ada juga orang yang menanggapinya dengan serius karena ia tahu bahwa pertanyaan itu memang dilontarkan sebagai bentuk sebuah perhatian.
Namun sering juga pertanyaan awal seperti itu bakal berlanjut dengan pertanyaan dan pernyataan yang menjengkelkan, seperti, “Memangnya nunggu apa?” Atau “Jangan nunda-nunda.” Atau juga: “Wes ayo! Cepetan, loh!” Dan lain-lainnya.
Tidak berhenti di sini saja. Jika kita menikah pada waktu yang hampir bersamaan dengan teman atau rekan kita dan ternyata ia sudah hamil duluan, serangan lanjutan akan dilontarkan oleh orang-orang kepada kita.
Jika ini terjadi, janganlah Anda menjadi marah kepada diri sendiri atau kepada pasangan. Selain itu, jangan larut dalam kesedihan. Ingatlah, punya anak itu bukan perlombaan tentang siapa yang lebih dulu berhasil.
Satu hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita: anak adalah pemberian Tuhan. Saya percaya ada orang yang lebih tua umur pernikahannya dan telah melakukan banyak usaha namun ia belum mendapat momongan.
Mengantisipasi pertanyaan yang menjengkelkan
Ketika Anda tahu bahwa kondisi hati anda sedang kurang baik, sebisa mungkin hindarilah orang orang yang menurut Anda berpotensi melakukan tindakan yang menjengkelkan tersebut.