Monika yang berusia 32 tahun hanya bisa berdoa sambil terus membiarkan pipinya dipenuhi air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Sudah sejak malam ia menangis. Siang tadi ia sempat beristirahat sejenak karena kelelahan menjaga anaknya. Matanya bengkak karena setiap kali terbangun, ia hanya dilanda ombak kesedihan ketika menatap anaknya.
Mutiara, anaknya yang kecil yang tengah terbaring lemah itu sedang sakit parah. Sudah sejak empat hari yang lalu ia membawa anaknya untuk dirawat di RS. Namun, kemarin siang, dokter yang menangani anaknya mengangkat tangan tanda “berserah pada Yang Kuasa”. Hanya tinggal alat bantu pernapasan dan selang makan yang masih menempel di tubuhnya. Mutiara telah tidak sadarkan diri.
Memang, sejak lahir Mutiara mengalami sedikit kelainan di bagian hatinya. Ia terus-menerus sakit dari hari ke hari. Mulai dari gangguan di hati, sampai akhirnya Mutiara mengalami komplikasi karena perutnya berisi banyak cairan. Sekarang perutnya membuncit dan saluran pernapasannya tergganggu. Sungguh bukan pemandangan yang enak dilihat ketika banyak alat tergantung di tubuhnya.
Karena tidak tega melihat anaknya menderita, Monika terus-menerus mengatakan, “Kalau boleh, biar Mama yang tanggung sakitmu, Nak!”
“Aku tidak sanggup menghadapi ini semua …” katanya di lain waktu.