Relasi yang indah membutuhkan dua pribadi yang berjuang untuk menjaganya. Namun, relasi akan terkoyak di saat dua pribadi, atau salah satunya, tidak mau atau tidak sanggup menjaga dan mempertahankannya.

Simak perubahan rasa yang terlihat dari penuturan seorang suami yang melakukan kesalahan dan ingin memperbaiki relasinya di bawah ini:

“Ketika saya melakukan kesalahan dan ingin menyelesaikannya dengan mengatakan atau mengungkapkan semua kepada pasangan, itu adalah bagian terberat. Perasaan bersalah, terbeban, dan penuh ketakukan tentu saja hadir, tetapi di saat yang sama saya tetap berusaha sekuat tenaga memberanikan diri untuk menyampaikannya secara jujur. Saat itu terasa sangat memalukan, seolah-olah merendahkan harga diri, serta penuh cucuran air sebagai tanda penyesalan. 

Risiko terbesar yang mungkin selalu terbayang adalah pasangan saya tidak dapat menerimanya. Seandainya ia merasa terlalu sakit untuk hidup dengan luka tersebut, atau merasa terlalu berat untuk menerimanya sebagai kenyataan, hal itu bisa berujung pada keputusan untuk mengakhiri relasi.

Namun, saya merasa bahwa membuka kesalahan tetap harus dilakukan, karena sejatinya diri ini tak sanggup lagi menanggung dan menyimpannya.

Setelah menyampaikannya, hati ini menjadi sedikit lega.  Rasa khawatir tetap membayangi saat memikirkan risiko yang masih mungkin terjadi. Namun, ada seberkas asa ketika melihat sikap pasangan saya yang sangat jauh dari apa yang saya dipikirkan. Ya, dirinya yang terluka dan terpukul, tapi masih mau mengerti dan melepaskan pengampunan yang tulus. Ia mengulurkan tangan untuk membantu, menawarkan diri untuk bersama-sama mencari penyebabnya, apa solusinya, dan bagaimana mengatasinya, sehingga tidak terjadi lagi ke depannya. Itu adalah sesatu yang benar-benar mengubah hidup ini.”

Dari pengakuan di atas, mari kita belajar dua hal penting. Pertama, mengapa seseorang bisa jatuh dalam kesalahan, dan kedua, bagaimana seharusnya setiap pribadi menjaga dirinya agar tidak  perlu jatuh dalam suatu kesalahan yang mengoyak relasi. Atau setidaknya memperbaiki relasi yang sudah terkoyak karena kesalahan tersebut.

Perhatikan dua hal ini agar dirimu dan relasimu menjadi kuat dalam menjalani kehidupan ini:

1. Kejelian

Sebagai pribadi,  kita harus sangat jeli dalam memahami apa kebutuhan  yang belum terpenuhi saat ini. Kebutuhan yang hanya bisa terpenuhi jika kita dan pasangan kita dapat saling memahaminya dan secara bersama-sama mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan yang belum terpenuhi dapat mendatangkan rasa yang “tidak pas” atau “kurang” atau “tidak nyaman”, dan itu bisa berdampak pada relasi. Bila tidak segera diatasi, risiko terberatnya adalah salah satu pribadi memutuskan mencari solusi lain tanpa melibatkan pasangannya, dan malah memilih melibatkan orang, atau hal lainya, sebagai tempat atau cara memenuhi kebutuhan tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here