Melawan Stigma dengan Edukasi
Permasalahan sosial ini dapat muncul dari kelompok masyarakat yang masih beranggapan bahwa bibir sumbing adalah sebuah kesalahan atau kutukan. Ada kasus di mana pasangan suami isteri memutuskan bercerai karena sang anak terlahir dengan bibir sumbing. Mereka saling menyalahkan dan menuding. Hal ini terjadi akibat masih kurangnya edukasi kepada masyarakat bahwa kondisi bibir sumbing ini bukan kutukan. Faktanya, bibir sumbing terjadi karena ada penyakit yang terjadi sejak dalam kandungan.
Dr. Denny berusaha terus mengupayakan solusi bedah plastik bagi para pasiennya. Selain perbaikan kondisi fisik, pasien juga ditolong untuk memulihkan rasa percaya diri. Baik pasien maupun orangtua, mendapatkan kesempatan untuk hidup normal dan menerima pemulihan kondisi.
“Merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat berjumpa dengan pasien terutama ketika mereka datang kontrol pasca pembedahan. Senyum yang terukir di wajah mereka sungguh sebuah kebahagiaan yang tak ternilai,” tutur dr. Denny.
Dokter pecinta motor trail ini telah mengoperasi lebih dari dua ribu pasien bibir sumbing, dari Sabang sampai Merauke. Operasi ini Beliau lakukan secara cuma-cuma dan dikemas dalam bentuk bakti sosial. Sebagai timbal balik, Beliau hanya menerima uang saku pengganti biaya transportasi.
Dalam melakukan bakti sosial ini, dr. Denny bekerja sama dengan Smile Train Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak mengumpulkan donasi untuk menolong pasien dengan kondisi bibir sumbing. Data dari Smile Train Indonesia menunjukkan bawah 1 dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi celah pada bibir dan/atau langit-langit mulut.
Menyadari data yang menunjukkan urgensi tinggi, dokter kelahiran 46 tahun silam ini menegaskan bahwa keterlibatannya dalam bakti sosial merupakan bentuk kepedulian dan kontribusinya terhadap anak bangsa. Ia merasa beruntung karena dulu biaya sekolahnya ditanggung oleh negara, sehingga sekarang dia ingin mendedikasikan hidupnya, bersumbangsih terhadap anak-anak dengan masalah bibir sumbing.

Idealnya operasi bibir sumbing ini dilakukan sebelum anak berusia satu tahun. Waktu terbaik untuk melakukannya adalah saat si anak berusia tiga bulan dengan berat badan 5 kg. Sementara operasi untuk langit-langit sumbing dapat dilakukan pada anak usia 1-1,5 tahun. Sedangkan untuk gusi sumbing dapat dilakukan pada saat anak berusia delapan tahun.
“Sampai saat ini saya masih menemukan banyak orang melihat bedah plastik sebagai bedah kecantikan dan kosmetik, yang diperuntukkan bagi para pesohor di negeri ini. Padahal peran bedah plastik sendiri sangat luas. Tidak hanya untuk estetika saja, tetapi juga rekonstruksi. Tujuannya agar pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
“Saya berharap edukasi tentang bedah plastik bisa lebih disosialisasikan, agar masyarakat tahu bahwa bedah plastik tidak hanya tentang sedot lemak, pasang implant, memancungkan hidung, dan lain sebagainya. Bagi para pasien bibir sumbing, saya harap mereka mau mencari informasi lebih banyak tentang operasi gratis bagi masyarakat yang kurang mampu, karena bantuan itu tersedia bagi mereka,” pungkas dr. Denny.
“Kalaupun kita dilahirkan dengan kekurangan, jangan jadikan kekurangan itu sebagai penghalang untuk meraih kehidupan yang lebih baik.” – dr. Denny Irwansyah, Sp.BP, RE(K)., MMRS., M.H.