“Children with special needs are not sent to special parents. They make parents special.”


Caption sebuah foto di akun instagram itu begitu mengena di hati saya. Sebuah kalimat powerful, namun memberikan reminder yang lembut. Sering kali kita sebagai orangtua perlu diingatkan, bahwa merawat titipan Tuhan bukanlah sebuah perkara mudah. Apalagi jika Tuhan menambahkan keunikan tertentu dalam diri anak-anak kita.

Saya mengenal pemilik foto di akun tersebut. Suami dan saya memanggilnya dengan sebutan Koh Teguh. Beliau adalah fotografer yang membantu mengabadikan momen pre-wedding dan pernikahan kami. Setelah sekian lama tidak bersua, kami dipertemukan di rumah duka. Berita lelayu tentang Caleb, putra kedua Koh Teguh membuat kami berduka.

Perjumpaan kami di rumah duka begitu singkat, karena terkait pada protokol kesehatan Covid-19. Setelah dua bulan berlalu, saya memberanikan diri mengontak beliau untuk boleh berbagi kisah tentang perjalanan hidupnya. Permohonan saya disambut baik oleh Koh Teguh dan istri.

Perjalanan parenthood yang dialami Koh Teguh dan ci Inneke begitu berwarna. Menjadi orang tua dari dua anak berkebutuhan khusus membuat mereka lebih bijak dalam memaknai hidup. Inilah sedikit kisah tentang almarhum Caleb, anak kedua mereka.

Teguh dan Inneke bersama dengan Celine dan Caleb (+)

Oktober 2019: Semua Mulai Berubah

Caleb adalah anak laki-laki yang aktif, sehat, dan ceria. Namun, pada bulan Oktober 2019 lalu, ia tidak mau berjalan. Diagnosis dokter mengarah pada usus buntu, sehingga dilakukan operasi pengangkatan.

Dua minggu berlalu, namun Caleb masih belum bisa berjalan. Kakinya seperti mati rasa. Pada bulan November 2019, Caleb dicek MRI bagian tulang belakang. Hasilnya menunjukkan bahwa ada benjolan di tulang belakang sepanjang 8 cm. Tumor tersebut menekan syaraf-syaraf kaki, dan menyebabkan gangguan pada bagian perut ke bawah.

Dokter melakukan operasi di RS. Kariadi Semarang. Semua tumor dapat diambil dan bersih. Setelah masa pemulihan tiga bulan, kaki mulai dapat digerakkan. Namun ketika dilakukan MRI ulang, tumor kembali tumbuh di tempat yang sama.

Sedih, Namun Tetap Berjuang

Pengobatan kembali dilakukan dengan kemoterapi sebanyak 10 kali. Karena tumor masih belum mengecil, Caleb menerima radioterapi sebanyak 13 kali penyinaran. Bulan Mei 2020, Caleb mulai terlihat membaik. Ia mampu merangkak dan bermain.

Tanggal 17 Mei, mendadak Caleb seperti stroke. Tangan kiri tidak bisa digerakkan, dan posisi kepala miring ke kiri. MRI ulang dilakukan, dan terdapat penyebaran tumor di kepala. Tepatnya di batang otak. Dokter memberikan dua opsi. Hanya diberi obat pereda nyeri dan menunggu hasilnya, atau mengambil langkah operasi. Orang tua memilih opsi terakhir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here