“Just follow your passion, guys!”
“Kerjalah sesuai passionmu kawan!”
“Ikutilah kata hatimu, teman!”
Kalimat seruan itu terasa nyata dan tertanam di hati kebanyakan orang. Hal ini terbukti dari, 77% dari 316 orang yang mengikuti survei kecil-kecilan yang dilakukan penulis mengatakan bahwa bekerja sesuai passion adalah hal yang sangat penting. Bahkan lebih dari 50% di antaranya mengatakan bahwa bekerja sesuai passion merupakan sebuah keharusan. “Benarkah hal itu?” Tentu masih banyak pro dan kontra mengenai fenomena yang sudah “usang” ini.
Para motivator seringkali mengatakan “Follow your passion, guys!”. Menuruti apa yang dikatakan oleh banyak motivator, banyak orang menjadi terjebak pada impian untuk bisa dan selalu bekerja sesuai dengan passion. Penelitian dari Harvard University pada tahun 2019, menyangkal efektifitas kalimat para motivator tersebut. Bahkan dikatakan bahwa kalimat “follow your passion” sudah tidak lagi relevan untuk digaungkan saat ini. Tentu banyak faktor yang memengaruhi mengapa kalimat itu tidak lagi relevan. Salah satunya karena kondisi perekonomian dunia yang makin melemah, makin banyaknya pengangguran, dan lain-lain.
Jachimowics melalui penelitiannya membuktikan bahwa orang yang bersikeras mengejar passion akan cenderung menjadi manusia yang tidak bahagia. Bahkan yang lebih mencengangkan, hasil penelitian Jachimowics mengungkapkan bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang yang bekerja sesuai dengan passion hanyalah sebuah ilusi.
Para peneliti Harvard University mengatakan sebenarnya ketika kita melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh terus menerus, maka lama kelamaan pekerjaan itu akan menjadi passion kita. Memaksakan diri untuk bekerja sesuai passion hanyalah membuat performa kita menjadi tidak optimal dan maksimal di bidang pekerjaan yang kita jalani. Tentu banyak faktor yang memengaruhi performa seseorang. Salah satunya dan yang terpenting adalah faktor dari dalam diri orang tersebut atau yang lebih kita kenal dengan motivasi.