Basuki Tjahaja Purnama, dulu dikenal sebagai Ahok, namun kini lebih suka dipanggil dengan akronim BTP, memang tak pernah berhenti membuat penasaran. Setelah mantan gubernur DKI Jakarta dijebloskan ke dalam penjara dan menceraikan istrinya dalam tahanan, BTP tak selesai membuat sensasi. Tak lama setelah keluar dari Mako Brimob, pria berusia 50 tahun lebih ini memutuskan menikahi mantan pengawal istrinya yang dahulu.

Setelah lama menghilang dan tenggelam dalam pekerjaannya sebagai Komisaris Utama di Pertamina, akhirnya BTP membuka suaranya dalam sebuah wawancara bersama Daniel Mananta dalam sebuah kanal di Youtube.

Dalam percakapan tersebut, BTP mengakui 7 kesalahannya di masa lalu:

1. Terlalu Sabar dan Mau Merendahkan Diri

I was begging in front of  him. Meminta supaya good friend mantan istri saya ini memutuskan hubungan mereka dan agar dia fokus ke keluarganya, kembali ke istrinya, karena waktu itu dia sudah mau punya anak yang kedua,” kata BTP. Padahal waktu hal itu terjadi, BTP sedang menjabat sebagai gubernur, harusnya dia bisa dan sangat mungkin untuk bertindak tegas kepada good friend mantan istrinya itu.

Bahkan dia sempat menahan emosi putra pertamanya yang turut serta dalam pertemuan itu. “Gua nahan anak pertama, karena dia sudah mulai emosi, karena kalau dia sudah mukul bisa patah itu satu sampe dua tulang rusuk,” demikian tutur BTP.

2. Tak Mau Membalas Orang-Orang Yang Pernah Menyakitinya

Ketika diputus bersalah dalam peradilan itu, BTP sebenarnya memiliki hak untuk menolak keputusan hakim dan memohon banding atas putusan itu. Namun tak seperti orang-orang pada umumnya yang ingin berusaha bebas dari hukuman, atau setidaknya hukumannya diperingan, BTP malahan menerima dengan lapang dada keputusan hakim dan menunduk sebagai bentuk hormat atas keputusan itu.

“Buat apa gua banding? Toh ketika tahu putusan yang dibacakan, saya ngerti memang maunya begitu. Ya sudah kita jalani saja apa yang ada di depan. Selama di penjara saya jadi tahu  yang mana lawan dan yang mana kawan, yang mana teman yang sebenarnya dan mana yang hanya berpura-pura baik saja,” ujarnya.

3. Berani Berbicara Lantang Tentang Ketidakadilan

Ketika ditanya lebih enak mana menjadi seorang gubernur ataukah komisaris, BTP bilang dirinya merasa lebih suka ketika menjadi seorang gubernur. Bukan karena seorang gubernur memiliki kuasa yang lebih besar, namun ketika dirinya menjadi seorang gubernur, BTP merasa bisa membantu lebih banyak orang yang kurang beruntung. Dengan menggunakan dana operasional gubernur yang ada, dia bisa membantu anak yang kurang mampu mengambil ijazahnya, bisa membantu orang yang kurang mampu untuk membayar biaya rumah sakit dan obat. BTP bersuara bukan hanya dengan kata, tetapi juga dengan karya nyata. Begitu lantangnya sehingga menggelisahkan beberapa orang, khususnya lawan politiknya.

Ketika menjadi gubernur juga dirinya bisa membantu orang-orang tidak beruntung yang suaranya tak didengar melalui keputusan-keputusan gubernur. Meskipun gajinya di pertamina lebih tinggi daripada menjadi gubernur DKI, namun BTP mempunyai tolak ukur tersendiri tentang sebuah jabatan, yaitu bagaimana dia bisa berdampak banyak bagi sekitar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here