“Kapan pandemi ini akan berakhir?”

“Kapan bisa kembali ke kantor ya?”

“Kapan bisa belajar di sekolah lagi?”

“Sampai kapan semua ini?”


Bertubi pertanyaan seperti di atas sering terlontar kepada saya baik secara langsung maupun melalui media sosial seperti DM Instagram ataupun chat di Line, Whatsapp Group, dan lain-lain. Tidak ada yang tahu jawabannya, sayapun tidak tahu. Satu-satunya kepastian yang ada sekarang adalah ketidakpastian itu sendiri!

Covid-19 yang pada awalnya dan mungkin hingga saat ini lebih dikenal dengan Corona adalah suatu wabah virus yang menyerang pernapasan manusia. Pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada 31 Desember 2019 dan mulai “menyerang” Indonesia pada 02 Maret 2020. Covid-19 di Indonesia pertama kali ditemukan di Jakarta dan jumlahnya terus bertambah hingga saat ini akhir April mencapai 10.118 kasus positif.

Banyak sektor kehidupan yang terpengaruh bahkan berubah drastis semenjak Pemerintah RI melakukan banyak pembatasan demi menekan angka penularan yang semakin tinggi. Salah satu sisi kehidupan yang sangat terpengaruh adalah social life (Populix, 2020). Dianjurkan untuk berdiam diri di rumah saja dan melakukan karantina mandiri membuat mobilitas seseorang menjadi turun drastis. Tanpa disadari, hal-hal tersebut disinyalir dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Cemas, Stres dan Depresi

Adapun kondisi psikologis yang akan disoroti pada tulisan kali ini hanyalah depresi, cemas, dan stres. APA (2020) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan ketakutan dan gejala ketegangan somatik ketika seseorang dihadapkan pada situasi bahaya, bencana, ataupun ketidakberuntungan.

Masih menurut APA(2020) stres adalah respon fisiologis atau psikologis yang diberikan seseorang terhadap stresor internal ataupun eksternal. Sedangkan, depresi adalah penyakit mental yang memiliki efek negatif terhadap apa yang dirasakan, cara berpikir dan bagaimana seseorang bertindak (APA, 2020).

Hasil Penelitian di China

Berdasarkan penelitian Wang, Pan, Wan, Tan, Xu, Ho dan Ho (2020) di China ditemukan bahwa 53.8% dari 1.210 masyarakat terkena dampak psikologis akibat COVID-19. Sebanyak 16.5% dilaporkan mengalami gejala depresi sedang hingga parah, 20.4% juga dilaporkan mengalami gejala kecemasan yang sedang, dan 32.2% mengalami gejalan stress (Wang et al, 2020).

Berdasarkan pengukuran menggunakan DASS-21 yang dilakukan oleh Wang et al (2020) ditemukan bahwa sebagian besar orang memang tidak mengalami gejala-gejala tersebut. Kurang dari 5% populasi penelitian yang mengalami gejala depresi, cemas dan stress yang berat.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Cao, Fang, Hou, Han, Xu, Dong dan Zheng (2020) menunjukkan bahwa hanya 21.3% subjek yang mengalami kecemasan ringan dan kurang dari 1% subjek yang mengalami kecemasan dengantingkat berat. Fakta dari penelitian Cao et al (2020) adalah 75.1% subjek melaporkan bahwa dirinya tidak mengalami kecemasan.

Hasil Penelitian di Indonesia

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan populasi subjek adalah mahasiswa yang sedang menjalani Learn From Home. Proporsi subjek penelitian adalah 45.9% menjalani masa berdiam diri di wilayah Surabaya dan 54.1% menjalankan dari luar kota Surabaya. Subjek ditengarai berasal dari berbagai universitas di Indonesia yang sedang menempuh berbagai bidang studi. Pengukuran yang dilakukan penulis menggunakan modifikasi alat ukur DASS-21 (Depression Anxety Stress Scale -21).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here