Seminggu ini bisa jadi sangat melelahkan bagi Anda. Program home learning menyita begitu banyak waktu dan energi, bahkan menguras emosi Anda juga.
“Duh, guru-guru ini ngerepotin,” begitu keluh Anda. Bagaimana tidak repot? Bahkan anak Anda yang masih playgroup saja belajarnya harus e-learning. Pakai berbagai aplikasi yang namanya saja sudah aneh. Apalagi cara pakainya! Duh, Anda benar-benar dibuat pusing!
“Belum lagi tugas-tugasnya itu loh! Ada-ada saja! Kayak kita ini kurang kerjaan! Gurunya mah enak…. tinggal duduk santai, kirim link kasih tugas!” gerutu Anda sambil geleng-geleng kepala.
Seandainya Anda tahu memahami perasaan kami! Sebagai guru yang sejati, kami lebih suka berada dalam posisi Anda. Sibuk belajar dan bermain bersama anak-anak lebih banyak mendatangkan sukacita ketimbang “duduk santai, kirim link kasih tugas”!
Sesungguhnya kami tidak duduk santai seperti yang Anda bayangkan. Kami memang duduk, tapi dalam tekanan. Kami harus melupakan hampir seluruh rencana pembelajaran yang telah kami susun. Lalu kami harus mengganti dengan kegiatan yang lebih memungkinkan untuk dilakukan di rumah. Semua itu harus diselesaikan secara kilat agar bisa dicek dulu oleh Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah dan bahkan para Koordinator Yayasan sebelum akhirnya dibagikan kepada orang tua dan para murid.
Cara kami bekerja berubah. Cara kami mengajar berubah. Cara kami menilai anak Anda pun berubah. Mendadak semuanya harus serba daring alias online. Sayangnya, guru tidak serba bisa. Selain itu, tidak semua guru bisa online sesering dan semudah yang Anda kira.
Anda mengeluh, “Banyak banget sih yang harus di-print? Memangnya sekolah kira semua orang tua murid punya printer?”