Jadi, Anda sudah mengetahui banyak tentang virus Covid-19. Anda sudah mengerti bahwa tujuan utama dari liburan anak-anak dan penutupan berbagai tempat umum adalah untuk memutuskan mata rantai penyebaran dari virus ini. Bila Anda memiliki uang lebih, tidak menutup kemungkinan Anda pun sudah membeli kebutuhan rumah lebih banyak daripada biasanya.

Mengikuti perilaku orang lain, Anda untuk pertama kalinya tertarik dengan kimia dan mencoba mencampur alkohol + lidah buaya + baby oil dengan harapan bisa menghasilkan hand sanitizer dan bukan ledakan.

(Well, mungkin ada sedikit harapan akan ada ledakan besar, seperti yang pernah kita lihat di film kartun Tazmanian Devil.)

Yang pasti, Anda sudah berulang kali mendengar dari dan menjelaskan kepada orang lain bahwa dua hal terpenting yang bisa kita lakukan sebagai pribadi adalah mencuci tangan dan jangan menyentuh wajah. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup ini, kita berhasil melakukan cara cuci tangan yang benar.

Selama 20 detik.

Masalah yang sering saya (dan mungkin Anda) temui bukanlah ketidaktahuan dan bukan pula ketidakmampuan, tetapi kesulitan untuk berubah.

Kalau dirata-rata, kebanyakan kita menyentuh muka setiap 2 menit. Namun fakta juga mengungkapkan bahwa frekuensi kita untuk mencuci tangan pada umumnya sangat sedikit. Tidak sedikit dari kita yang sudah terbiasa untuk makan tanpa mencuci tangan, bahkan ketika kita tidak menggunakan sendok garpu.

Buat kebanyakan orang, cuci tangan dilakukan hanya ketika tangan terlihat kotor, bukan supaya tangan tetap bersih.

Dua hal ini sudah menjadi bagian dari hidup kita. Sadar atau tidak, secara natural, tangan kita akan memegang muka setiap dua menit dan cuci tangan tidak akan dilakukan hingga tangan terlihat kotor. Ketika dua kebiasaan yang sudah mendarah daging ini harus diubah dengan segera, maka resistansi akan muncul.

Sudah terbiasa memegang wajah, rasanya sulit sekali untuk berhenti. Terbiasa merasa tangan bersih, rasanya aneh bila harus sering mencuci terlebih saat tak melihat bagian yang kotor. Resistansi ini muncul bukan karena kita tidak mau berubah, tetapi karena kita belum terbiasa melakukan hal yang baru.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca buku The Power of Habit yang ditulis oleh Charles Duhigg. Setelah melakukan otopsi atas sebuah kebiasaan, ia kemudian memberikan penjelasan dan saran kepada kita. Salah satu saran yang diberikan kepada kita yang ingin mengubah kebiasaan (habit) adalah dengan dengan menempatkan atau memilih penanda (cue) yang bisa mengingatkan kita untuk melakukan hal baru terhadap kebiasaan ini.

Jika kita ingin mengubah kebiasaan memegang wajah dan ingin lebih sering mencuci tangan, kita perlu menempatkan penanda (cue). Ketika kita melakukan penanda ini, maka kita akan diingatkan untuk tidak memegang muka dan mencuci tangan.

Buat saya, salah satu penanda (cue) itu adalah ketika saya pulang rumah dari kantor. Kegiatan melepaskan sepatu adalah penanda untuk saya agar segera pergi mencuci tangan sebelum bertemu dengan istri dan anak. Bila dulu saya akan langsung mencari anak untuk diajak bermain, maka kebiasaan itu saya ubah dengan membersihkan diri terlebih dahulu. Agar tidak lupa, saya menjadikan tindakan buka sepatu sebagai penanda untuk tindakan berikutnya.

Selain dengan cara terus menerus mengingatkan diri sendiri akan bahaya virus Covid-19, kebiasaan menyentuh muka bisa diubah dengan berbagai penanda. Teman saya mulai menggunakan punggung tangan dan bukan jari setiap kali refleks untuk memegang muka ini muncul. Dengan perubahan yang kecil ini, ia akan lebih sadar ketika tangannya menyentuh muka. Akhirnya, ia akan lebih bisa mengurangi frekuensi muka ini disentuh dengan tangan.

Inilah dua contoh penanda yang bisa membantu kita. Anda tidak harus mengikuti cara diatas. Poin yang penting untuk Anda adalah membuat penanda yang efektif sehingga kebiasaan baru untuk mencuci tangan dan tidak menyentuh muka bisa tercipta.

Selamat beraktivitas dan teruslah berpegang pada harapan akan hari esok yang lebih baik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here