Dari pemikiran ini kita tahu bahwa sosial distancing merupakan sebuah saran dari pemerintah yang melawan natur kita sebagai manusia. Bagaimana mungkin kita manusia yang adalah makhluk sosial harus melakukan social distancing dengan menjaga hubungan sosial kita dengan orang sekitar? Ini seperti perintah yang sukar. Itu sebabnya beberapa orang memilih mengabaikan perintah tersebut, dan tetap bebas berkeliaran untuk memenuhi hasrat naturnya sebagai manusia sosial.

Namun dalam pandangan saya, ada kalanya kita harus menyangkal natur kita demi tujuan yang lebih mulia. Pemerintah menyarankan social distancing bukan tanpa sebab. Kita tahu bahwa penyebaran virus Covid-19 di dunia ini sangatlah cepat. Sudah ribuan orang meninggal di seluruh dunia akibat virus ini. Di Indonesia sendiri sudah 9 orang yang meninggal (sampai tanggal 21 Maret 2020) akibat pengaruh virus tersebut. Semakin hari penyebaran virus semakin cepat dan intens.

Jikalau masyarakat mengalami sakit secara serempak, otomatis pihak medis dan rumah sakit akan kewalahan menangani, dan otomatis akan semakin banyak orang yang akan berakhir hidupnya karena corona. Itu sebabnya social distancing itu penting agar penyebaran virus tidak semakin masif, dan penanganan pemulihan bisa lebih efektif. Social distancing diperintahkan justru untuk menyelamatkan kemanusiaan itu sendiri. Bukankah hal tersebut mulia?

Hal ini seperti sebuah paradoks. Menyangkali kemanusiaan demi kemanusiaan. Kita harus belajar menyangkal natur kita, demi tujuan yang agung. Itu sebabnya saya memilih untuk melakukan social distancing atas dasar tujuan yang luhur. Bukankah dalam setiap agama apapun diajarkan untuk menyangkali diri demi kepentingan yang lebih besar? Itu sebabnya saya turut menyarankan untuk warga Indonesia tetap menjaga jarak dengan komunitas sosial demi menghambat penyebaran virus yang lebih meluas. Ingat, ini tidak selamanya, ada masanya kondisi akan kembali normal.

Kedua, social distancing berbeda dengan social ignorance

Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, social distancing memiliki tujuan mulia demi kelangsungan sosial itu sendiri. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menjalankan social distancing. Banyak orang mengisolasi diri dan menjadi super ego demi menyelamatkan diri sendiri, tanpa peduli orang lain. Sudah bosan rasanya mendengar cerita orang-orang yang memborong masker berdus-dus, seakan mempersiapkan diri untuk penyakit lima tahun ke depan. Ada orang yang mengambil kesempatan dengan menjual masker dengan harga menjulang. Saya sendiri dapat sekotak masker dengan harga Rp. 500.000,-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here