Ketika melihat trailer film Joker, rasa penasaran saya terusik dan saya pun ingin menonton bagaimana kisah hidup musuh bebuyutan Batman ini. Dengan durasi dua jam, film besutan sutradara Tood Philips ini berhasil membuat emosi penonton naik turun. Penonton diajak melihat sisi lain dari Joker.

Masa kelam gelap yang mengiringi kisah hidupnya Arthur Fleck yang diperankan aktor kawakan, Joaquin Phoenix, aktor berusia 44 tahun yang pernah membintangi film Gladiator ini dikisahkan memiliki mimpi menjadi seorang pelawak tunggal. Ia ingin satu hari nanti dapat berdiri di atas panggung dan menghibur banyak orang. Namun kenyataan yang harus ia hadapi tak semulus impiannya. Kepingan demi kepingan cerita gelap terangkai dalam pribadi Arthur perlahan menjadikan ia seorang yang penuh amarah dalam luka yang dipendamnya.

Dari film ini, saya diingatkan bahwa setiap orang yang terluka akan memiliki kecenderungan melukai orang lain, entah disadari atau tidak.

Setiap kita memiliki potensi untuk membentuk pribadi seseorang, apakah kita membuat seseorang menjadi orang yang optimis dan positif atau sebaliknya.

Lewat perlakuan dan perkataan negatif kita bisa lahir seseorang yang penuh luka yang memiliki semangat yang negatif dan menghancurkan. Ada yang menghancurkan orang lain, tetapi juga tak sedikit yang nekat menghancurkan dirinya sendiri.

Pada kasus Joker, ia merasa dirinya dalam keadaan yang terjepit. Ia kerap kali menjadi sasaran empuk kemarahan dan kekasaran orang lain, tanpa bisa  melakukan pembelaan atau mempertahankan haknya. Sampai akhirnya, terjadi peristiwa yang memaksanya melakukan sesuatu untuk membela dirinya. Perlahan namun pasti, di tengah penderitaannya, mulai terbangun amarah yang semakin lama semakin memuncak, yang membuat ia melakukan aksi-aksi nekat lainnya.

Efek Tak Terbayangkan dari Perkataan Kita kepada Orang Lain

Saya teringat sebuah cerita, tentang pemuda yang membunuh seorang kakek renta di sebuah taman. Berulang kali ia menghunjamkan pisaunya ke tubuh sang kakek tanpa ampun. Setelah diamankan, ia ditanya mengapa ia melakukan hal itu. Apakah ia mengenal pria tua itu? Dengan ekspresi datar ia menjawab jika ia tak mengenal pria itu. Saat ditanya lagi apakah kakek itu menyinggungnya atau membuatnya marah, lagi lagi ia menggeleng. Setelah beberapa pertanyaan, polisi menanyakan alasan ia membunuh sang kakek.

“Selama ini ibuku hanya peduli dengan kakakku, karena ia berprestasi dan membanggakan ibuku, sementara aku anak yang tidak memiliki kemampuan apa pun. Aku selalu dikatakan bodoh oleh ibuku sejak kecil. Aku selalu dibandingkan dengan kakakku. Bahkan aku merasa diriku tak pernah diangap ada oleh ibuku. Hari ini aku membuktikan jika aku ada. Aku ingin menunjukkan pada ibuku, kalau aku pun bisa melakukan sesuatu dan orang-orang akan mengenal aku,” ujarnya dengan mata penuh bara kebencian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here