Di zaman now, sepertinya ada yang kurang dalam hidup kalau tidak memiliki media sosial. Karenanya, tidak mengherankan jika anak muda – bahkan kalangan tua – punya beberapa akun media sosial. Facebook, Instagram, Twitter, setidaknya. Tidak berhenti di sana, juga akun WhatsApp, Line, BBm (sayangnya sudah almarhum), sebagai sarana ‘mengobrol’ dalam hubungan sosial.

Saya mengenal jejaring sosial pertemanan pertama kali melalui Friendster. Sebuah pengalaman pertama yang menyenangkan, di mana saya mendapatkan banyak teman-teman baru, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Saat itu sistem jejaring sosial belum terlalu dikenal seperti saat ini, sehingga keikutsertaan saya pun hanya sebagai ‘penggembira’, yang sesekali masuk.

Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Menjadi menarik karena jejaring sosial dibentuk bukan untuk kalangan tertentu saja.

Ketika Facebook mulai naik daun, saya pun bergabung. Awal mencoba menggunakan Facebook, seperti dengan Friendster, saya hanya penggembira. Sekadar ikut-ikutan tren kekinian. Kalau enggak punya Facebook, sepertinya kurang afdal dan kurang gaul. Namun, semakin hari, saya makin merasakan manfaat bergabungnya saya di jejaring sosial tersebut.

Harap maklum, saya sempat tergolong orang kuno dan koservatif. Untungnya sekarang agak milenial sedikit. he .. he .. he ..

Saya sempat didaulat menjadi koordinator kaum muda di tempat saya beribadah. Mau tidak mau, saya harus belajar mengikuti gaya hidup dan aktivitas orang-orang muda. Itulah yang mendorong saya semakin aktif di media sosial.

Walaupun sekarang saya dan istri sudah tidak lagi menangani anak-anak muda, hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kekinian itu sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kami sehari-hari.

Baca Juga: Remaja Zaman Now: Mengapa Begitu Lekat dengan Medsos? Ini Kegelisahan Hakiki yang Perlu Kita Pahami [In-depth Study]

Saya menemukan banyak teman-teman SD, SMP, SMA, universitas, mantan rekan satu tempat kerja, bahkan mantan rekan sesama atlet yang sudah lama tidak saya pernah jumpai, di jejaring sosial.

Saya juga sangat bersukacita saat bertemu kembali dengan seorang sahabat pena (saat saya masih seorang perenang) yang tinggal di Singapore. Sudah puluhan tahun tidak bertemu, bersyukur kami dipertemukan kembali melalui pertemanan di Facebook.

Manfaat jejaring sosial yang sangat luar biasa itu mulai menyadarkan saya,

tidak cukup sekadar bergabung di dalamnya, harus ada hal berguna dan berdampak yang saya lakukan dengannya.

Itulah sebabnya sejak empat tahun lalu saya menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat ke khalayak lebih luas, mengirimkan kalimat-kalimat motivasi dan refleksi-refleksi spiritual.

Baca Juga: RibutRukun.net, Setahun Menyalakan Terang Lewat Tulisan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here