Pulang dari sekolah.

Akhirnya saat-saat yang paling saya nantikan tiba juga.

Suami saya datang bersama dengan Si Sulung yang menggelayut manja. Ia tersenyum bahagia.

Saya langsung bertanya dengan tidak sabar pada suami saya yang menemaninya di sekolah, “Bagaimana tadi di sekolah? Senang ga anaknya? Diajarin apa aja? Bekal makannya habis tidak? Nangis ga? Ngompol ga? Sudah ada teman belum?”

Saya lupa jika para suami tidak terbiasa menjawab pertanyaan yang beruntun seperti ini. Suami saya hanya menjawab singkat, “Senang kok. Tadi makan sendiri, habis bersih. Pinter.”

Tidak puas dengan jawaban suami, saya bertanya pada anak saya. Bagaimana tadi sekolah, apakah ia senang, diajari apa oleh gurunya, apakah ia sudah memiliki teman baru.

Anak saya tampak riang ketika akhirnya bercerita nama-nama teman barunya. Ia lalu membanggakan bekal makanannya yang bisa dihabiskan sendiri, bersih tak bersisa. Ia juga bercerita bagaimana guru-gurunya di sekolah. Tentu saja ia senang. Dan kekhawatiran saya hilang.

Ternyata anak-anak memiliki daya adaptasi yang luar biasa. Mereka makhluk kecil yang lebih kuat dari kelihatannya. Semua kekhawatiran saya menjadi tidak lagi signifikan dan malah terlihat lebay sekarang. Saya malu karena ke-lebay-an saya.

Namun,

saya merasa lebih malu karena tidak mempercayai kemampuan anak saya sendiri.

Entah apakah yang saya rasakan juga dirasakan oleh para ibu lainnya ketika melepaskan anak mereka sekolah pertama kalinya.

Sudahkah Anda mengalaminya? Ataukah Anda akan segera mengalaminya?

Baca Juga: Bukan Menahan untuk Bersama Selamanya, melainkan Mempersiapkan untuk Meninggalkan Pada Waktunya

Mari kita sama-sama menikmati proses ini ya, Moms. We can do it!!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here