Satu hari sebelum si sulung bersekolah untuk pertama kalinya.

Saya gelisah bukan main.

Bayi kecil yang selama ini 24 jam tidak pernah lepas dari pengawasan saya, bahkan menyusu hingga usia 2 tahun 3 bulan, kini telah tumbuh menjadi gadis kecil berusia 4 tahun. Dan untuk pertama kalinya, besok ia akan bersekolah!

Dalam hati saya merasa sedikit bersalah, mengapa saya terburu-buru menyekolahkannya. Akan tetapi, tidak mungkin juga saya langsung memasukkannya ke Sekolah Dasar tanpa melewati Taman Kanak-kanak.

Baiklah, saya pikir, cepat atau lambat, toh, pasti saya harus melepaskannya juga untuk bersekolah.

Akan tetapi, kemudian perasaan saya kembali gundah gulana.

Saya khawatir bagaimana ia untuk pertama kalinya beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya. Bisakah ia bergaul dengan kawan-kawan barunya? Akankah ia diterima oleh mereka? Mungkinkah ia selama di kelas bisa duduk tenang mendengarkan gurunya? Di rumah saja ia tak bisa semenit pun duduk diam, selalu ada saja yang dikerjakannya, membuat rusuh rumah dengan adiknya.

Dan saya khawatir,

bagaimana jika ia merindukan rumah saat berada di kelas? Mungkinkah ia mencari-cari saya yang tak bisa mengantarkannya ke sekolah?

Satu hari sebelum ia bersekolah, saya memastikan tasnya sudah lengkap dengan semua kebutuhannya di sekolah. Berkali-kali saya mengecek apakah seragamnya sudah disiapkan atau belum. Apakah topinya sudah ada di dalam tas atau belum. Apakah air minum dan susunya sudah saya masukkan atau belum. Rasanya tidak puas jika belum memeriksa ulang memastikan semuanya aman.

Sebelum Si Sulung berangkat tidur, saya memeluknya berkali-kali.

Saya memberi pesan padanya untuk menikmati hari pertamanya di sekolah. Dengan sedikit tidak rela, akhirnya saya merelakan hari ini berakhir juga dengan sebuah pelukan erat darinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here