2. Keluarga bukan sebuah tempat, tetapi sebuah relasi yang terikat kuat

Ada sebuah kerajaan yang raja dan rakyatnya telah puluhan tahun hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan. Suatu ketika, kerajaan itu diserang oleh kerajaan musuh yang jauh lebih besar dan kuat.

Setelah kalah perang, raja dan sisa rakyat yang berhasil selamat terpaksa melarikan diri. Mereka kemudian hidup dan tinggal di daerah terpencil yang jauh dari kerajaannya dulu.

Masalah muncul ketika rakyat mulai mengeluh dengan kedaan mereka sekarang. Mereka selalu membandingkan dengan kondisi ketika masih berada di kerajaan.

Namun, raja yang bijak itu berhasil meyakinkan rakyatnya saat ia mengatakan,

“Janganlah kita menyerah dan putus asa karena tidak lagi hidup di kerajaan. Kerajaan yang sesungguhnya adalah di hati kita masing-masing, asal kita tetap bersatu, bekerja sama serta saling tolong menolong, maka kebahagiaan akan terwujud.”

Seperti kisah raja dan rakyatnya,

sesungguhnya kebahagiaan dalam keluarga ditentukan oleh seberapa kuat hubungan relasi antar anggota keluarga itu sendiri.

Tanpa relasi yang kuat, masing-masing anggota mudah rapuh karena berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara dan kekuatan sendiri.

Rumah sebagai tempat keluarga berkumpul seharusnya menjadi sarana terbentuknya relasi itu. Memiliki rumah sebesar apa pun tak menjamin sebuah keluarga otomatis berbahagia.

Rumah hanyalah sarana. Akan tetapi,

keluarga tanpa relasi seperti rumah kosong tanpa isi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here