Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, ketika menoleh ke belakang kami teringat akan cikal bakal terjadinya pernikahan yang unik ini. Kami merasa seperti sedang bermain drama yang mana kami berperan sebagai lakon utamanya, sementara Tuhan lah yang menjadi sutradaranya.

Yah, pertemuan kami yang tak pernah diduga ini memang bagian dari rancangan Tuhan, meskipun dulu kami sering ragu bahwa perjumpaan kami mungkin hanyalah sebuah kebetulan saja. Hari demi hari kami semakin yakin bahwa apabila kami bisa bersatu saat ini bukanlah karena hebatnya perencanaan kami saja melainkan memang Tuhan lah yang menghendaki.

Perjalanan kehidupan pernikahan kami tak selalu di jalan yang mulus, terkadang kerikil tajam yang membuat kami berjalan tertatih-tatih pun mampu mengasah kehidupan kami hingga kami saling berproses. Kami belajar tiga pelajaran penting dalam sebuah relasi. Apa yang membuat sebuah relasi bertahan dan tak bubar? 3 hal ini.

1. Relasi itu Melengkapi Bukan Mencocokkan

Mencari pasangan hidup itu untuk melengkapi diri kita, bukan berdasarkan kecocokan semata! Salahkah mencari pasangan hidup yang cocok dengan selera kita? Memang tidak salah, namun pernahkah kita berpikir bahwa di dunia ini adakah orang yang bisa sama persis seperti diri kita? Mungkin secara fisik dan kegemaran bisa sama, tapi bagaimana dengan cara berpikir dan bersikap dalam menghadapi sesuatu? Tentu akan berbeda bukan?

Setiap orang terlahir dengan keunikannya sendiri, seperti halnya saya dengan suami saya yang memiliki beda karakter. Saya seorang sanguinis yang cenderung blak-blakan saat berbicara dan bertindak aktif, sementara suami saya yang plegmatis lebih terkesan tenang saat berbicara. Perbedaan inilah yang kini saya syukuri karena selama ini kami tetap dapat berkomunikasi dengan cukup baik.

Ada perbedaan yang bisa disamakan, namun ada pula perbedaan yang memang tak bisa dicocokkan. Jangan pernah berpikir ketika kita telah menemukan pasangan yang menurut kita cocok, maka selama perjalanan pernikahan kita semuanya akan serba cocok. Pada realitanya cekcok tetap ada, walau kita sudah merasa cocok.

Tak mengapa jika perbedaan itu ikut menghiasi bahtera rumah tangga kita sebagai bagian dari proses pembelajaran yang senantiasa mendewasakan diri kita, asalkan bukan menjadi bumerang dalam relasi kita.

2. Relasi itu Mengenali Bukan Mengubah


Tahu tak selalu kenal, kenal pun tak selalu cinta, tapi cinta pasti akan membuat kita ingin tahu dan mengenal lebih dalam lagi bukan?

Ya, ketika hubungan kita dengan pasangan semakin dekat maka kita akan semakin banyak tahu kekurangan dan kelemahannya. Tak perlu menutup mata! Lihat dan kenali secara pribadi agar kita tahu bagaimana cara kita menyikapinya. Pada dasarnya yang paling diperlukan dalam hal ini adalah penguasaan diri. Semakin kita mampu menguasai diri, relasi kita dengan pasangan akan terbentuk semakin baik.

Tak heran ketika ada peluncuran buku berjudul “How to Change Your Wife in 30 Days” laris manis ketimbang yang berjudul asli “How to Change Your Life in 30 Days” karena pada hakikatnya kebanyakan kita memang cenderung lebih suka mengubah pasangan kita ketimbang diri kita sendiri. Padahal sesungguhnya, ketika kita mampu mengubah diri kita sendiri sejatinya kita sedang memengaruhi pasangan kita untuk semakin setara dengan diri kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here