“Pak Wepe bersedia datang khan nanti, jika waktunya tiba,” tanya seorang pria rupawan dalam sebuah percakapan.
“Tentu saja, saya akan akan. Tapi, bagaimana saya tahu jika waktumu sudah tiba?”
Kita tentu tahu kapan seseorang akan menikah, tapi bagaimana kita akan tahu hari kematian seseorang?
”Saya sudah menitipkan pesan pada adik saya untuk menghubungi Pak Wepe jika saatnya nanti sudah tiba. Pastikan hadir, ya Pak?”
Kurang dari setahun, hari itu akhirnya tiba. Saya berdiri di antara sedikit orang yang menghadiri pemakaman pria rupawan itu. Ya, seorang pria rupawan yang bertahun bergumul dengan AIDS. Tentu tak banyak orang yang tahu tentang pergumulan ini. Yang banyak orang tahu adalah ada penyakit tertentu yang menyebabkan kematiannya. Hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui bahwa ada sesuatu yang lain.
Dalam percakapan kami sebelumnya, ia sadar penularan HIV ini terkait dengan pola pergaulan dan kehidupannya. Saya tahu tidak semua pria yang berorientasi seksual sejenis mengidap HIV dan AIDS. Pria dan wanita yang orientasi seksualnya berbeda jenis juga bisa mengalami hal yang sama.
”Menurut Pak Wepe, apakah Tuhan mengampuni saya?”
Satu hal inilah yang berulangkali ia tanyakan, hampir dalam setiap pertemuan. Awalnya saya tak mengerti mengapa hal ini ia tanyakan berulang kali.