Sebuah undangan group alumni di WA masuk. Kangen, telah lama tidak mendengar apalagi bersua dengan teman-teman di masa imut-imut dulu. Ternyata teman-teman mau mengadakan reuni. Tapi kegembiraan itu agak terusik oleh beberapa teman yang “left group”. Berbagai pertanyaan pun muncul, “Mengapa ia keluar dari group?” Yang lain menjawab, “Biarin aja ujar salah seorang teman, pasangannya cemburu kalau mereka ikut reuni?”
Adanya peristiwa-peristiwa CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) dalam sebuah reuni yang berujung pada perselingkuhan rupanya membuat orang-orang tertentu merasa cemas tingkat dewa setiap mendengar kabar akan diselenggarakan reuni sekolah suami atau istrinya.
Tak heran jika salah satu stasiun TV di Indonesia pun mengangkat isue tentang kegelisahan terkait kehancuran pernikahan pasca-reuni SMA.
Benarkah reuni mengancam kelanggengan bahtera pernikahan? Benarkah reuni berpotensi besar untuk terciptanya sebuah perselingkuhan?
Faktanya tidak semua yang ikut reuni dan bertemu mantan kekasih menjalin kembali kedekatan relasi mereka. Banyak yang menyadari bahwa masa lalu adalah masa lalu. Saat ini ketika di tengah-tengah reuni seseorang bertemu dengan mantan pacar, bukan berarti mereka harus kembali bersatu, Mereka menyadari biarlah cinta monyet di masa lampau itu berlalu.
Reuni hanya sebuah momen. Dalam momen apa pun, apabila seseorang tidak memiliki hal-hal utama yang memperkuat pernikahan, penghianatan terhadap pasangan pernikahan bisa terjadi. Sebaliknya, dengan memiliki prinsip mendasar yang mengikat pernikahan, sebesar apa pun peluang dan godaan untuk perselingkuhan akan terabaikan.
Perselingkuhan bisa terjadi karena sudah ada masalah yang terjadi dalam pernikahan, jadi bukan karena reuni itu sendiri. Reuni menjadi berbahaya ketika tiga hal ini ada di dalam pernikahan:
1. Dasar Pernikahan yang Rapuh
Seorang isteri dikabarkan lari dari rumah dan meninggalkan tiga orang anak dan suaminya yang baru saja bangkrut. Ibu muda tersebut pergi bersama teman pria kaya-raya yang dianggapnya dapat memenuhi gaya hidupnya yang “wah”. Memikirkan harus masak sendiri dan tidak bisa menikmati lagi fasilitas-fasilitas karena ekonomi yang berubah membuatnya tertekan dan memilih tawaran perselingkuhan. Dahulu ia menikahi suaminya karena ia adalah pria yang mapan dan punya bisnis yang maju. Dasar pernikahannya dibangun di atas fondasi yang rapuh sehingga ketika terjadi perubahan ia pun memilih “berpijak” pada yang lain.
Baca juga: Dari Bram, Seorang Pria yang Terluka, untuk Setiap Perempuan yang Mencari Pasangan