Senin yang lalu, kehidupan memberikan saya anugerah perjumpaan singkat namun mengesankan dengan dua orang. Anda tidak akan mendapati nama mereka dalam pemberitaan media cetak atau dunia maya.

Mereka adalah orang-orang biasa. Yang membuat mereka istimewa adalah jalan hidup yang mereka tempuh.

 

Yang pertama adalah seorang tante pemilik usaha makanan di sebuah mal yang terletak di bagian barat Surabaya. Setelah menikmati makanan khas buatannya, saya dan seorang teman berbincang dengannya.

Ia ternyata baru saja membuka usaha makanannya di Surabaya, setelah menutup usaha sejenis di Singapura. Ia menjelaskan mengapa harus menutup usahanya yang relatif berjalan baik untuk memulai di tempat yang belum lama ia kenal. Tingginya biaya hidup dan biaya usaha di Singapura membuatnya mengambil keputusan memindahkan usaha ke Surabaya.

Mulai dari nol lagi. Di usia yang tak lagi muda.

Dari Singapura ke Surabaya—dekat kawasan yang konon katanya adalah Singapore of Surabaya. Usianya tak lagi muda, mendekati 60 tahun. Namun, nyali dan semangatnya seperti anak muda.

“Ya, tidak tahu bakal sukses atau tidak. Tapi, saya cobalah …” begitu kurang lebih terjemahan salah satu kalimat tante ini terkait perpindahannya ke Surabaya.

Baca Juga: Kamu Bisa Melompat Lebih Tinggi! Tidak Percaya? Kutu Loncat Akan Membuatmu Percaya, Kamu Memang Bisa!

 

Yang kedua adalah seorang driver taksi online yang ternyata baru dua minggu kembali ke Surabaya. Pada identitas yang muncul di gawai saya, seharusnya driver-nya adalah anak muda, tetapi ternyata yang datang orang tua. Usia bapak yang ternyata adalah ayah dari pemilik akun taksi online itu 55 tahun.

Sepanjang jalan, ia sangat mengandalkan panduan di gawainya. Alhasil, kami pun banyak mengambil jalan berputar. Karena tak tergesa, saya pun menikmati kisah-kisah yang ia bagi sepanjang perjalanan.

Bapak driver taksi online ini sangat familier dengan beberapa kota di luar negeri. Kadang saya bertanya untuk memastikan bahwa ia sungguh-sungguh benar pernah pergi ke tempat tersebut. Ia pun bisa menjawab dengan detail terkait dengan sebuah negara yang saya pun beberapa kali ke sana.

Ternyata ia sudah berpengalaman sebagai sales berprestasi yang menjual pelbagai barang mulai dari mobil sampai perlengkapan berat. Bonus perjalanan ke luar negeri pun belasan kali ia nikmati. Ia juga punya usaha sendiri di luar Pulau Jawa.

Ia memilih kembali ke Surabaya karena belasan tahun sudah merantau dan ingin kembali dekat dengan anak-anaknya.

“Setelah Bapak bekerja dengan penghasilan yang luar biasa, kenapa Bapak tidak istirahat saja? Kenapa mau jadi driver taksi online?” tanya saya di tengah perjalanan.

“Saya ingin memberikan contoh ke anak-anak, Mas. Bekerja bukan sekadar soal hasilnya berapa, tapi soal sikap hati. Biar anak-anak melihat bapaknya tidak mau menganggur, tetapi terus bekerja. Dapat berapa pun, disyukuri. Yang penting ikhlas,” jawabnya sambil terus mengemudikan mobilnya.

 

Keberanian mengambil risiko.

Ini yang membuat kehidupan memberikan getar-getar menegangkan. Tanpa ketegangan dan tantangan, apa yang membuat hidup menjadi ‘hidup’?

 

Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja.

Ini yang membuat hati kita membuncah dengan syukur, di tengah zaman yang tampaknya mengajar kita untuk tak mudah merasa puas.

Baca Juga: Tak Pernah Kehidupan Mengambil dari Kita, Selain untuk Mengganti dengan yang Lebih Baik. Lebih Baik di Mata Sang Empunya Kehidupan

 

Ya,

bekerja bukan sekadar soal berapa [banyak] hasilnya. Bekerja juga soal menikmati proses di dalamnya. Dan mensyukuri berapa pun hasilnya.

 

Selamat kembali bekerja!

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here