Sony Setiawan seperti luput dari lubang jarum. Dia seharusnya ikut menjadi korban jatuhnya Lion Air. Namun, karena arus lalu lintas macet di luar dugaan, dia terlambat datang dan selamat!
Saya membaca kisah sejenis di AS. Seorang motivator terlambat datang ke bandara sehingga tertinggal pesawat. Dia marah besar karena merugikan karier dan reputasinya sebagai pembicara publik. Namun begitu tahu bahwa pesawat yang baru saja meninggalkannya di landasan ternyata jatuh saat take off, dia segera kembali ke kantor, membuatkan piguran itu tiket pesawat yang hangus itu dan memasangnya di tempat yang strategis.
“Tiket itu mengingatkan saya bahwa ada kuasa yang jauh lebih besar ketimbang keterbatasan saya,” ujarnya.
Seperti Sony dan para penyintas (survivors) lainnya, apa yang bisa kita meteraikan di hati?
Pertama, seperti kata motivator handal tadi, ada kuasa yang jauh lebih besar ketimbang diri kita.
Tak mampu dan tak berdaya kita melawannya. Protes? Masa tanah liat protes, apalagi demo berjilid-jilid terhadap Sang Penjunan?
Kedua, Tuhan menerima kita apa adanya tetapi tidak membiarkan kita berada di situ terus-menerus.
Artinya? Segala sesuatu bisa mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mau belajar bahkan di situasi dan kondisi terburuk sekalipun untuk terus mempercayai-Nya.
Pelajaran yang terindah seringkali dikemas dalam bungkus yang menyakitkan. Share on X
Baca Juga: Kegagalan Tidak Selalu Berarti Buruk, Inilah 4 Pelajaran Hidup yang Bisa Dipetik Darinya