Saya dan suami sangat sedih mendengar kabar ini. Kami tengah berjuang untuk memiliki anak di usia pernikahan kami yang sudah berjalan hampir lima tahun kala itu.
“Pengennya punya anak, malah dapatnya kanker.”
Saya sedih, tetapi saya tidak menangis. Setengah hati saya memang sudah siap dengan kemungkinan terburuk ini.
Saya juga tidak terlalu bingung, mungkin karena saya punya asuransi di Singapura. Jadi, untuk masalah dana paling tidak sudah beres.
Saya Takut. Takut Sekali
Hal pertama yang harus dilakukan adalah segera kemoterapi. Kemoterapi perlu dilakukan untuk mengecilkan lebih dahulu ukuran tumor saya – 3 cm adalah ukuran yang lumayan besar untuk tumor. Ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan menyelamatkan payudara saya saat operasi [lumpektomi] .
Saya sangat takut menghadapi kemoterapi. Takut sekali.
Kebanyakan artikel di internet menyebutkan bahwa efek kemoterapi sangat buruk bagi tubuh. Selain kerontokan rambut, kemoterapi juga dapat merusak sel telur.
Kami sebenarnya ingin pulang ke Indonesia untuk menyimpan lebih dahulu sel telur saya sebelum melakukan kemoterapi, tetapi dokter mengatakan tidak ada waktu untuk itu. Kemoterapi harus segera dilakukan.
Akhirnya, untuk menyelamatkan sel telur saya dilakukan sebuah tindakan. Saya menjalani prosedur untuk menonaktifkan ovari. Harapannya, obat kemoterapi tidak dapat mendeteksi organ tersebut, dan efek obat tidak akan mengenai organ tersebut.