Perkenalkan, nama saya Vina, 33 tahun. Saya survivor kanker payudara triple negative stage 2.

Di bulan Oktober yang adalah juga bulan breast cancer awareness, saya mau membagikan pengalaman saya sebagai seorang survivor kanker payudara.

 

Tidak Mungkin Kanker

Awal bulan Februari 2017 saya menemukan benjolan di payudara kiri secara kebetulan. Benjolannya lumayan besar, seukuran kelereng. Tidak terasa sakit ketika disentuh.

Saya tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebelumnya. Jadi, benjolan itu membuat saya ‘kepikiran’ juga. Di satu sisi, saya merasa tidak mungkin kena kanker, karena saya masih muda dan sehat. Juga, berdasarkan hasil pengecekan saya via Google, 80% benjolan di payudara bukan kanker. Tidak perlu khawatir.

Meskipun begitu, suami saya terus mendesak agar saya segera memeriksakan diri ke dokter.

Dengan agak ogah-ogahan, karena malas harus mengeluarkan uang, saya akhirnya membuat janji temu dengan dokter onkologi. Dari hasil ultrasound memang ditemukan benjolan padat sebesar sekitar 3 cm. Namun, dokter belum bisa memastikan apakah itu tumor jinak atau ganas.

Dokter menyarankan untuk segera dilakukan operasi. Ganas atau jinaknya tumor baru diketahui saat operasi.

Karena saya merasa tidak siap menghadapi meja operasi tanpa tahu apa-apa, saya memutuskan mencari second opinion ke Singapura.

Lagi-lagi, dokter di Singapura mengatakan sepertinya bukan kanker, karena tumornya masih bisa digerakkan. Meskipun demikian, perlu dilakukan biopsi supaya lebih pasti.

Siang itu juga dilakukan biopsi. Prosesnya tidak sakit, karena saya dibius lokal.

 

Pengennya Punya Anak, Dapatnya Kanker

Dua minggu kemudian, saya kembali menemui dokter.

Ini hasil biopsi saya:

Tumor tersebut adalah kanker. Kanker yang cukup agresif karena tipenya triple negative.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here