Tanpa banyak kata, saya menyarankan, “Silakan Bapak lihat CCTV yang terpasang itu, kenapa saya menegur anak Bapak.”

Orang tua sering menjadi tidak bijaksana ketika membela anak membabi buta. Padahal, banyak hal yang harus dilakukan orang tua sebelum si anak memanfaatkan emosi orang tua demi kepentingan dan keuntungannya sendiri.

Agar kita tidak menjadi orang tua yang dikendalikan anak manipulatif, 3 hal berikut patut kita renungkan:

 

1. Merasa Sudah Melakukan yang Terbaik

Rupanya masih banyak orang tua yang menganut model parenting zaman dulu.
Ketika anak menangis, yang ditanyakan adalah “Siapa yang nakal?” Dan jika si anak menunjuk orang lain atau bahkan benda tertentu, maka orang tua langsung pura-pura memarahi atau memukul orang atau benda tersebut.
Bukankah ini justru menanamkan pengertian keliru pada anak bahwa yang terjadi pada dirinya adalah kesalahan orang lain atau benda tertentu?

 

Gambaran lain, seorang ibu kecewa dengan anak perempuannya yang minggat dari rumah. Setelah diusut, ternyata si gadis pergi dengan pacarnya yang bukan pilihan orang tua. Ibu itu merasa sudah melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Kurang apa saya ini. Dari kecil selalu saya turuti, nasihat-nasihat selalu saya berikan, jika ada apa-apa saya selalu membelanya, tapi kok hasilnya begini?”
Ungkapan seperti ini sering telontar ketika orang tua merasa sudah melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun, sebenarnya apa yang diberikan orang tua jauh dari harapan dan keinginan sang anak.

Baca Juga: “Are You Happy?” Pernahkah Kita Bertanya kepada Anak-Anak Kita, Apa yang Membuat Mereka Benar-benar Bahagia?

 

Kekecewaan sering kali membuat orang cenderung menyalahkan keadaan dan lebih fokus pada apa yang sudah dilakukan – menurut kebenarannya sendiri – tanpa menyadari bahwa mungkin ada yang salah pada dirinya. Ketika yang diharapkan dalam hidup ini tidak tercapai, di situlah muncul kekecewaan. Bila sudah demikian, orang cenderung menyalahkan orang lain ketimbang merefleksi diri.
Sebagai orang tua,

janganlah kita hanya mencukupi kebutuhan jasmani anak saja, tetapi pahami apa yang terjadi pada diri anak.

Kurangnya perhatian dan pendampingan sering membuat anak pintar menjadi manipulatif. Bila anak berada di rumah, mereka bisa saja bersikap baik, kelihatan menurut kepada orang tua, patuh, bahkan bersikap seolah tidak mengerti apa-apa. Padahal, di luar rumah, anak punya kehidupan sendiri, yang bisa jadi jauh dari apa yang dikenal orang tuanya di rumah.

Baca Juga: Relasi Keluarga Nyata dalam Kelindan Dunia Maya: Review Film “Searching” [Major Spoiler Alert]

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here