Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja saya berbagi cerita dengan seorang pemudi yang sedang menunggu jemputan di gereja. Sambil menemaninya menunggu sopir yang menjemputnya, kami mengobrol tentang kesehariannya. Dia lalu mengatakan kalau dia menyukai musik, khususnya alat musik gitar. Dia ingin sekali belajar main gitar dan meminta saya untuk mengajari.

Tentu saya bersedia. Apalagi, dia tampak sangat bersemangat. Saya bertanya padanya kapan ingin mulai latihan. Kemudian dia terdiam sejenak. Keningnya berkerut. Dia tampak berpikir keras. Dia berkata sedang mengingat jadwal kegiatannya dan mencari waktu kosong.

“Mengapa begitu sulit mencari waktu kosong?” tanya saya.

“Iya, selain padat sekolah, aku punya banyak kegiatan lain di luar sekolah,” katanya.

“Lalu bagaimana?”

Sambil tertunduk lesu dan kecewa, dia menjawab, “Tidak ada waktu kosong, Kak. Maaf …”

Jawaban itu membuat saya terkaget-kaget. Masa, sih, waktu satu atau dua jam pun tidak ada untuk ia melakukan hobinya?

Saya kemudian meminjam agenda hariannya untuk melihat jadwalnya. Ternyata benar. Dari tujuh hari, selain sekolah, semua waktunya sudah terisi. Dengan les matematika, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, latihan vokal, PR, dan sebagainya.

 

“Are You Happy?”

Melihat jadwal yang padat itu, saya pun menjadi sedih.

Saya bertanya padanya, “Apakah kamu menikmati hidupmu?”

“Mau bagaimana?” tanyanya,

“Mama bilang ini semua demi kebaikanku. Mama bilang, ini supaya aku bisa mendapat prestasi yang baik dan mengikuti dengan cepat perkembangan zaman.”

Tentu pendidikan adalah hal yang penting bagi mereka. Apalagi di tengah perkembangan dunia yang cepat seperti sekarang ini. Mereka perlu “berjuang” keras dan bersaing dengan banyak orang jika ingin memiliki kehidupan yang baik di masa depan nanti.

Namun, pernahkah orang tua bertanya: Benarkah semua itu yang dibutuhkan anak saat ini?

Saya kira, sepasang orang tua perlu kembali menimbang apakah ini memang kebutuhan sang anak atau kebutuhan orang tua terhadap anaknya?

Baca Juga: Anak Akan Menghadapi Persaingan yang Semakin Kompleks di Masa Depan. Daripada Sekadar Prestasi, Orang Tua Harus Memperhatikan Hal yang Lebih Penting Ini

 

Kisah lain.

Saya pernah menjumpai seorang anak remaja yang mengeluhkan tentang betapa sibuk orang tuanya bekerja. Sampai-sampai mereka hanya memiliki waktu bertemu di malam hari. Sepanjang hari, sang anak jarang bertemu dengan orang tuanya. Melihat mereka berseliweran sebentar memang ada, tetapi waktu mengobrol bersama tidak pernah ada. Dari pagi ia dibangunkan oleh pengasuh, hingga sore pulang sekolah, dia hanya bersama dengan pengasuhnya. Dengan muka cemberut, dia melampiaskan kekesalannya.

“Untung ada game di rumah,” katanya sambil menghibur diri.

Saya mendorongnya untuk berani berkata jujur pada orang tuanya tentang kerinduannya itu. Orang tua perlu menyediakan waktu khusus untuk sang anak, mengingat kebutuhan emosionalnya. Namun, beginilah jawab sang ayah:

“Kamu harus ngerti kalau Papa dan Mama bekerja untuk kamu. Papa dan Mama kan juga kadang-kadang sediakan waktu untuk kita keluar bareng! Papa dan Mama capek-capek itu juga untuk kamu.”

Sulit juga untuk menyalahkan pernyataan di atas. Apalagi dalam kehidupan masa kini, kesejahteraan keluarga lebih mudah tercapai bila ayah dan ibu sama-sama bekerja. Sehingga mereka bisa menghasilkan double-income. Namun,

Orang tua juga perlu mengerti bahwa yang dibutuhkan oleh seorang anak bukanlah uang atau game atau gawai (gadget) terbagus hari ini, tetapi perhatian, kasih dan waktu. Share on X

Baca Juga: Saya Anak Penunggak Uang Sekolah. Setelah 15 Tahun Akhirnya Saya Mengerti Mengapa Saya Harus Menanggung Malu karena Keterbatasan Finansial

 

 

Quality Time: Sebuah Idealisme yang Berbahaya

Di dalam kesibukan bekerja, orang tua berusaha menyediakan waktu berkualitas atau quality time untuk diluangkan bersama keluarga atau anak-anak mereka. Ini adalah usaha terbaik yang dapat dilakukan hari ini. Namun, apakah hal ini cukup menjawab pergumulan anak atas kebutuhan mereka akan kebersamaan dengan orang tua?

George Barna dalam bukunya Revolutionary Parenting mengatakan bahwa quality time adalah one of the most harmful ideals to grip the minds of parents over the past two decades.” [Quality time adalah salah satu idealisme paling berbahaya yang mencengkeram pikiran para orang tua selama dua dekade terakhir ini.]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here