Saya bersyukur karena saat saya masih usia anak-anak, saya bisa menikmati masa bahagia menjadi anak-anak dengan bermain permainan populer pada masa itu. Saya sangat mengingatnya dengan jelas bagaimana saya merasakan kebahagiaan bermain petak umpet, patil lele, dakon, bekel, bongkar pasang, masak-masakan, dan permainan lainnya pada masa itu.

Hanya saja di balik kebahagiaan yang saya rasakan di masa itu, ada sisi gelap kehidupan keluarga saya yang menjadikan masa kecil saya sebagai masa-masa perjuangan hebat yang harus saya hadapi.

Dari sisi finansial, saya memang tidak seberuntung anak-anak kaya pada masa itu.

Sekalipun ayah saya bekerja, tetapi uang hasil kerjanya tidak pernah utuh diberikan kepada keluarga kami.

Akibatnya, perkara uang sekolah saja membuat saya harus menjadi siswi yang langganan menunggak sampai beberapa bulan. Yang lebih membuat malu adalah saya harus berulang kali masuk ke ruang BK karena dipanggil untuk memertanggungjawabkan masalah uang sekolah yang tertunggak itu. Kesedihan saya juga bertambah karena teman-teman saya pun mengetahui bahwa saya adalah penunggak uang sekolah.

Baca Juga: Masa Kanak-kanak Saya Mungkin Menyedihkan, tetapi Masa Depan Tidak Harus Demikian. Sebuah Kisah Sejati tentang Hidup yang Berarti, Kini dan Nanti

 

Lalu, bagaimana sikap ayah saya? Dia hanya mendengarkan keluhan saya ini tanpa melakukan apa-apa.

Bagaimana dengan sikap saya sendiri? Apakah saya bisa marah? Saya hanya bisa diam dan mencoba merekam semua yang terjadi pada masa itu.

 

Saya bahagia dengan kehadiran teman-teman masa kecil. Saya juga puas dengan kegiatan masa kecil yang telah saya habiskan bersama teman-teman saya itu. Namun, saya harus menghadapi rasa malu dan memendam beragam keinginan kuat yang muncul di hati saya, termasuk keinginan untuk menjadi anak yang pandai.

Saya melihat bagaimana teman-teman saya mengikuti bermacam-macam kursus dan les privat, bahkan bimbingan belajar di tempat-tempat yang terkenal. Betapa berbahagianya mereka. Saya merasa tidak berdaya karena hanya bisa melihat dan berkata, “Wah, enak, ya, bisa ikut les.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here