Saya seringkali menunjukkan hasil karya desain atau iklan pendek pesanan klien kepada pacar, dan juga menceritakan prestasi saya di kantor. Ia selalu menyambut dengan senyum lebar, usapan di kepala dan membanjiri dengan pujian. Ia bangga akan passion saya dan mendukung sepenuh hati, meskipun karir hidupnya sedang naik-turun. Inilah contoh pria yang tulus mencintai.
Ketika menonton film ‘Incredibles 2’, saya tertawa-tawa melihat adegan ketika Bob, Si Kepala Keluarga, dengan berat hati memuji istrinya (Helen) yang telah menyelamatkan kota mereka dari bahaya. Memang berat bagi pride Bob yang sangat mendambakan posisi Helen untuk menjadi tulang punggung keluarga dan melanjutkan impiannya selama ini untuk bisa menjadi pahlawan sementara dia harus menggantikan tugas Helen untuk mengurus rumah dan anak-anak. Namun ia tetap berusaha memuji Helen karena ia mencintainya.
Baca Juga: “Adakah Pria Baik di Dunia?” Jawabannya Sungguh Tak Terduga, juga oleh Saya
4. Pria yang sepadan dengan istrinya
Poin ini bisa menjadi tembok kenyataan yang menabrak impian setiap pria yang mendambakan seorang perempuan ‘Wonder Woman’ di dalam kehidupannya. Perbedaan yang berkelanjutan di antara Si Pria dan perempuan super idamannya akan menimbulkan pertengkaran, yang tak mustahil akan berakhir dengan putusnya hubungan mereka. Karena itu, sebelum memulai sebuah hubungan, ada baiknya faktor ini dipertimbangkan lebih dahulu.
Pria dan perempuan harus sepadan ketika menjalin hubungan. Pria dan perempuan harus sepadan ketika menjalin hubungan.Pria dan perempuan harus sepadan ketika menjalin hubungan. Share on X Sepadan bukan berarti harus berstatus ekonomi sama, memiliki jabatan yang sama, dan lain-lain karena perbedaan-perbedaan tersebut masih bisa dicari jalan tengahnya.
Ada seorang perempuan dengan posisi Chief Financial Officer menikah dengan rekan sekantor yang setiap hari (salah satu) tugasnya adalah berkeliling ke berbagai bank untuk menarik atau menyetorkan uang dalam jumlah besar. Bayangkan, Si Istri adalah pembuat keputusan, sedangkan Si Suami bekerja hanya seolah-olah sebagai ‘pesuruh’ yang tugasnya harus mengantar uang kesana-kemari.
Banyak orang yang terkejut dengan berita pernikahan mereka. Namun kenyataannya hingga betahun-tahun kemudian pasangan suami-istri ini masih bersama-sama menjalankan pekerjaan mereka dengan jabatan yang tidak berubah. Si Istri memang memiliki kemampuan hebat yang membuatnya mampu menjalankan sebuah jabatan penting, namun suaminya memiliki integritas dan kejujuran yang tidak banyak orang miliki sehingga ia mampu memertanggungjawabkan uang berjumlah besar yang harus dibawanya kesan-kemari. Si Suami memiliki banyak peluang untuk mencuri uang tersebut, namun ia memilih untuk tetap jujur sehingga ia pun dipercayai untuk tetap memegang jabatan tersebut selama bertahun-tahun.
Kedua orang ini adalah contoh pria dan perempuan yang sepadan.
Baca Juga: Pernikahan Bukanlah Pencapaian Tertinggi dalam Hidup. Perempuan, Hiduplah Lebih dari Sekadar Itu
Sekarang, saya ingin mengulas tentang para ‘Wonder Woman’
Menyandang gelar sebagai perempuan ‘Wonder Woman’ bukanlah hal yang mudah. Ibaratnya, barang dengan kualitas tinggi jelas akan lebih susah dicari dan didapatkan. Ada teman yang mengatakan bahwa mobil BMW lakunya lebih lama daripada Avanza. Demikianlah yang terjadi kepada para ‘Wonder Woman’.
Orang takut memilih mereka, dan sebaliknya para ‘Wonder Woman’ juga sering ‘takut’. Mereka khawatir jangan-jangan mereka tidak berhasil mendapakat pasangan sampai tua.
Namun saya sudah melihat satu bukti nyata yang terjadi di depan mata. Salah satu teman ‘Wonder Woman’ saya menikah dengan pria yang sangat sepadan dengannya dari segi kecerdasan, sifat visionernya, ketegasan, dan lain-lain. Sepanjang masa kuliahnya, banyak yang mengagumi teman saya ini tetapi belum ada yang lolos screening-nya. Ternyata pria yang ditakdirkan menjadi pasangan perempuan hebat tersebut datang di saat yang sangat tepat. Seandainya mereka bertemu pada waktu yang lebih awal, saya yakin mereka tidak akan tertarik satu sama lain. Sebaliknya, jika mereka bertemu belakangan, maka segala sesuatunya akan menjadi terlambat.
Saya dan teman-teman sangat bahagia melihat ia menemukan pasangan yang sangat cocok dengannya. Kami merasa sangat menyayangkan seandainya dia mendapatkan pria yang tidak sepadan karena keduanya pasti akan menderita. Bayangkan kalau salah satu dari mereka tidak bisa mengikuti pasangannya, merasa minder atau insecure terus menerus, pasti nantinya mereka akan saling mudah merasa tersinggung dan akhirnya akan bertengkar terus, walau pun mungkin pertengkarannya adalah pertengkaran kecil. Tetapi, bukankah pertengkaran-pertengkaran kecil yang terjadi berkali-kali bukan lagi menjadi bumbu dalam pernikahan, namun adalah duri dalam daging?
Pesan saya kepada perempuan-perempuan yang sering dikagumi dan ‘ditakuti’, janganlah Anda khawatir kalau-kalau nanti Anda akan menjomblo sampai tua. Jika Anda yakin dan merasa bahwa Anda terpanggil untuk menikah, Tuhan pasti menyediakan pasangan bagi Anda dan Dia akan memberikan pada waktunya. Yang harus dilakukan sekarang adalah mengasah potensi dan karakter semaksimal mungkin.






