Seruput Kopi Cantik #15
Yenny Indra

 

Adi dan istrinya – Lily, Lina, dan saya berteman sejak kecil. Itu sebabnya kami berani berbicara tanpa tedeng aling-aling satu dengan yang lain.

Terbuka saja, tidak perlu basa basi.

Kami dengar Adi sudah mulai ‘melenceng’. Jadi, tanpa sungkan kami mengajaknya bertemu.

 

“Di, kamu suka bawa perempuan lain, kan? Edo lihat kemarin waktu kamu makan di resto!” Lina berujar dengan galak.

“Ah, itu cuma teman, kok.”

“Ga usah bohong. Teman, kok, mesra gitu. Sejak dulu aku tahu sifatmu,” saya mencecar pula.

Akhirnya Adi menyerah.

“Aku bosan dengan Lily. Penampilannya makin hari makin ga menarik. Bayangkan, baju tidurnya itu-itu saja. Siang pakai daster, pula …”

 

“Bagaimana Lily mau cantik? Tiap hari sibuk ngurusin bikin ayam goreng buat depot. Makin laris, ya, makin repot dia …” semprot Lina, jengkel.

“Yang bener saja, Di. Dulu Lily bela-belain pilih kamu sampai melawan kemauan orang tuanya. Kalau Lily mau menuruti keinginan mamanya, menikah dengan Steven, sekarang jadi nyonya besar dia! Punya rumah di Australia, Singapura … ” saya ikutan gemas. “Kawin sama kamu, jadi tukang jual ayam goreng. Suami masih nyeleweng lagi. Huh! Sudah ngomong sama Lily, apa yang kamu mau?”

“Aku sudah berkali-kali komplain ke Lily. Tapi tetap saja dia begitu. Padahal, di luaran banyak yang cantik-cantik,” Adi membantah.

“Mau istri cantik itu gampang. Kasih Lily duit yang banyak. Dia bisa spa, lulur, beli barang-barang bagus, apalagi yang branded, pede naik … selingkuhanmu lewat. Lily dasarnya sudah cantik. Ajak liburan, refreshing. Kalau ga ada dana, bagaimana mau cantik? Cantik itu butuh biaya,” sahut saya.

 

Sejujurnya, Lina dan saya merasa trenyuh dengan nasib Lily.

Berkali-kali bisnis Adi bangkrut. Demi mencukupi kebutuhan keluarga, Lily membuka depot. Orang tua Lily sangat menentang hubungan mereka, tapi Lily berkukuh. Padahal, Steven, meski tidak setampan Adi, pandai bekerja, dari keluarga terpandang, dan sangat mencintai Lily. Cinta memang buta!

 

“Belikan Lily baju harian dan baju tidur yang bagus. Bungkus jadi kado yang cantik. Terus ajak dinner berdua,” saya memberi saran. “Bicarakan dari hati ke hati, apa yang kamu inginkan. Komunikasi itu penting. Tetapi waktu dan cara menyampaikan juga menentukan sukses tidaknya. Jika wanita merasa dicintai dan dihargai, apa sih yang ga mau dilakukannya?”

Jika wanita merasa dicintai dan dihargai, apa sih yang tidak mau dilakukannya? Click To Tweet

 

 

“Betul itu! Kalau kamu menunjukkan perhatian yang tulus dan melakukan tindakan-tindakan cinta yang romantis, ga mungkin Lily menolak berubah. Lily itu capek dan memendam perasaan jengkel sama kamu. Gak pengertian blas! Jangan cuma melihat dari sisimu, cobalah berjalan di ‘sepatunya’. Kalau aku jadi istrimu, ya ga betah, kok,” Lina menimpali.

“Kapan mau belanja? Ayo aku pilihkan. Aku paham banget selera Lily. Sekalian dinner-nya tak booking-kan. Aku yang traktir gak apa-apa, tapi yang bener. Aku taunya rumah tanggamu pulih.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here