Keempat, apakah pasanganmu mempunyai kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkan?
Setiap orang tentu memiliki standar baik-buruk yang cenderung subjektif karena lingkungan tempat mereka dibesarkan. Bagi sebagian orang merokok tidak masalah, tetapi tidak bagi orang lain. Standar bersih dan kotor juga bisa sangat subjektif; kamu yang terbiasa mencuci muka sebelum tidur bisa jadi kurang nyaman dengan kebiasaan pasanganmu yang langsung rebahan di tempat tidurnya. Apakah kalian punya level toleransi yang cukup untuk mengakomodasi perbedaan ini?
Ada juga standar yang lebih umum. Misalnya pasanganmu suka minum alkohol hingga mabuk. Atau dia terlibat di judi online. Apakah kalian sudah membicarakannya dengan serius? Apakah ada tanda-tanda dia tak mau melepaskan kebiasaannya itu?
Hal-hal ini bisa menjadi potensi sumber konflik di kemudian hari. Kamu harus mempertimbangkannya dengan serius.
Kelima, apa yang dibicarakan pasangan dengan orang-orang terdekatmu tentang dirimu?
Jika pasanganmu dengan terang-terangan menceritakan keburukanmu atau mencibir hal-hal tertentu tentang kamu di depan teman-temanmu sendiri, kamu harus mulai berpikir. Ada hal-hal yang tidak perlu dan tidak pantas dibuat bahan bercanda dalam komunitas. Ini bisa jadi tanda bahwa pasanganmu tidak benar-benar menghargai dirimu.
Keenam, apakah kamu ingin membawa pasanganmu bertemu dengan orang tua dan/atau keluargamu?
Ketika hubunganmu dengan dia makin serius, kamu tentu akan mempertimbangkan untuk membawanya bertemu dengan orang tua dan/atau keluargamu. Kalau kenyataannya kamu enggan membawanya bertemu keluarga, mungkin ada sesuatu yang kurang tepat dalam hubungan kalian. Kamu perlu mencari tahu sebabnya dan kemudian membuat keputusan yang tepat.
Jangan terus menggantung hubungan. Setiap orang ingin dan berhak mendapat kepastian.
Ketujuh, apakah di dalam hatimu, ada harapan untuk bersama dengan orang lain atau berharap bertemu dengan orang baru?
Jujurlah pada dirimu sendiri. Ketika kamu lebih sering membayangkan diri bersama dengan yang lain, hatimu sudah menyatakan apa yang seharusnya kamu pilih.
fRRiends, memang tidak ada pasangan yang sempurna, karena tidak ada pasangan yang sama karakternya. Keduanya memiliki perbedaan serta keunikan yang jika disatupadukan seharusnya saling melengkapi, bukan saling menyakiti. Kita bisa belajar untuk mengatasi konflik, tetapi ketika semuanya tak membawa kita ke arah yang lebih baik, kita perlu membuka mata dan mengambil keputusan.
Yuk, terus berjuang membangun relasi yang sehat, yang diwarnai dengan komunikasi yang baik, timbal balik yang nyaman, dan keinginan saling mengisi.