Judul yang aneh? Mengapa tidak belajar dari Friday misalnya? Pertanyaan Anda benar karena Wednesday Addams, pemain serial terbaru Netflix Wednesday memang bernama lengkap Wednesday Friday Addams. Nama yang aneh memang, seaneh tokoh dalam serial laris ini. Karena terpengaruh oleh ulasan di koran, saya menonton serial ini. Hasilnya, saya dibuat kagum—bukan mengidolakan—oleh kejujuran dan keterusterangan Wednesday Addams yang diperankan dengan begitu apik oleh Jenna Ortega. Mari belajar kejujuran dan keterusterangan gadis cantik nan mungil ini (tingginya 1,55m).  Di dalam tubuh kecil ini terdapat kekuatan ‘iman’ yang luar biasa besar, yang bahkan mengalahkan kegelapan itu sendiri!

Inilah tiga kutipan dahsyat dari film Wednesday!

The truth is, there are monsters everywhere. And sometimes the monsters we least suspect are the most dangerous. They don’t need teeth and claws to terrify. They hide in the shadows until no one is looking. And then they strike.

Inilah kutipan yang paling saya sukai. Bukankah di dalam kehidupan kita berelasi, kita sering kali dibutakan oleh apa yang tampak di permukaan sehingga bahaya laten di dalam justru kita abaikan. Seorang yang merasa dikhianati sahabat “sehidup-sematinya” menulis di media sosialnya bahwa watak seseorang (baik atau buruk) sebenarnya sejak dulu memang sudah begitu, hanya saja kita terlambat mengetahuinya.

That monster could be anyone.

Kita sering merasa yang paling benar sehingga menganggap orang lain—khususnya yang berseberangan dengan kita—sebagai monster, padahal siapa tahu justru kitalah monsternya tapi tidak kita sadari. Masalah paling besar yang orang hadapi adalah saat dia tidak tahu kalau dirinya yang bermasalah. Tinggal ambil cermin!

I merely meant, finally, you’ll be around peers who will understand you.

Sebagai salah seorang outcast (orang buangan) di sekolah eksklusif, Wednesday masih saja “dikucilkan”, bahkan “di-bully” (meskipun faktanya si pelaku akhirnya menjadi korban bully). Namun, akhirnya Wednesday “bisa” menemukan komunitas yang memahaminya. Pertanyaan bagi kita, sampai kapan kita sanggup berjuang di tengah sikon yang tidak bisa memahami kita?

Apa yang bisa kita pelajari dari film ini?

Pertama, orang menjadi seperti itu (entah baik atau buruk) biasanya dipengaruhi oleh dunia di sekelilingnya, secara khusus keluarga yang membesarkannya. Saya baru menyaksikan film dokumenter tentang anak-anak balita yang dibesarkan oleh binatang buas mulai dari kera sampai serigala. Saat ditemukan, mereka bertingkah laku persis seperti hewan yang membesarkannya. Dibutuhkan waktu lama untuk mengembalikan mereka ke habitatnya yang semula: manusia. Bagaimana dengan anak manusia yang dibesarkan oleh orangtua yang bersikap dan bertindak seperti monster?

Kedua, ada orang-orang yang dibenci bukan karena berbuat salah atau berwajah jelek, tetapi karena berani jujur mengatakan apa adanya. Bukankah ada orang-orang yang lebih senang dikelilingi oleh para penjilat licik ketimbang orang yang kritis tapi berhati becik?

Ketiga, asal kita berkomitmen untuk terus menerus mengutarakan kebenaran—meskipun pada awalnya mendapat penolakan keras, bahkan ancaman pembunuhan—pada akhirnya kebenaranlah yang bersinar seperti rembang tengah hari.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here