Ya, saya sering mendengar orang berkata, ”Jangan merusak persahabatan dengan cinta.” Saya sih setuju persahabatan bisa rusak karena cinta yang tak terbalas. Tapi, persahabatan juga menjadi indah dengan cinta ketika kamu jadian dengan salah satu dari sahabatmu. Ya, sahabat adalah kandidat terbaik untuk pasangan hidup.
Mengapa?
Ya… karena mayoritas aktivitas dalam pernikahan adalah berdua dan berkomunikasi. Bayangkan kamu dalam perjalanan penerbangan 15 jam ke luar negeri tanpa henti. Kamu bisa memilih siapa yang menjadi teman seperjalananmu. Siapa yang bakal kamu ajak? Pasti kamu akan mengajak orang yang asyik diajak berbicara, yang nyambung sehingga perjalanan terasa menyenangkan. Yang memiliki banyak hobi serupa, sehingga tidak kurang bahan percakapan. Komunikasi yang nyambung akan membuat perjalanan dapat dinikmati. Bayangkan 15 jam, tapi salah sambung melulu atau malah diam-diaman saja.
Nah, pernikahan itu lebih dari 15 jam penerbangan. Pernikahan berlangsung seumur hidup dengan pelbagai dinamikanya. Kadang ribut, kadang rukun. Kadang diam-diaman. Romantis ala drakor? Ya, ada sih. Ada di impian setelah satu tahun pernikahan berlalu. Selanjutnya? Ada banyak masalah hidup yang menuntut kemampuan berbicara satu dengan yang lain. Mulai soal cicilan rumah, pendidikan anak, pilihan karir, dan masih panjang banget daftarnya. Intinya komunikasi dan kerja sama, juga toleransi tentu saja.
Nah, kapan latihan untuk ini? Dalam persahabatan.
Jadi, perhatikanlah sahabat-sahabatmu, yang selama ini jadi teman bicara yang nyambung. Mungkin mereka nggak secantik atau nggak seganteng aktris atau aktor Korea yang jadi pacar halumu itu. Tapi, percayalah kecantikan dan kegantengan nggak bisa dinikmati dalam jangka panjang. Tanpa rasa nyambung, kecantikan dan kegantengan itu tak lagi menawan.
Pernikahan adalah perjalanan panjang, maka pilihlah yang nyaman daripada yang menawan.
Oh ya, saya sudah sering mendengarkan curhat penyesalan mengapa dulu tidak ’nembak’ sahabat untuk menjadi pacar. Penyesalan itu seumur hidup loh, sementara kalau patah hati karena ditolak, itu sementara.
Yuk, jadilah berani. Mencintai memang hanya untuk pemberani!