Membuka telinga dan membuka tangan untuk memeluk artinya sebuah kesiapan untuk merengkuh ketidaksempurnaan antara satu dengan yang lainnya. Setiap pasangan terdiri dari orang-orang yang terluka namun berusaha untuk saling mengobati. Orang-orang yang berbeda asal-usul, namun saling menundukan ego untuk dapat menemukan satu visi dalam relasi. Tiada lain yang kita butuhkan dalam menjalin sebuah relasi yang baik adalah kesediaan untuk selalu merengkuh luka satu dengan yang lain.
Merengkuh berbeda dengan memaklumi. Ada orang-orang yang menutup mata sambil tidak ingin mengingat luka-luka yang ditimbulkan pasangannya. Ini sepertinya menyimpan kepahitan dan cenderung untuk menghindar. Ini bisa jadi seperti bom waktu yang menunggu pemicu untuk meledak sewaktu-waktu. Itu memaklumi. Namun, merengkuh artinya menerima apa adanya. Mengingat-ingat namun tidak lagi terpicu untuk menjadikan itu masalah. Fokusnya adalah bagaimana menjadi lebih baik ke depan, bukan lagi hidup untuk masa lalu.
Ada waktu di mana kami mulai tidak membicarakan lagi soal pernikahan. Bukan berarti membatalkan rencana pernikahan kami. Namun kami belajar untuk kembali memberi fokus pada apa yang lebih penting dalam sebuah relasi, yaitu merengkuh luka dan ketidaksempurnaan satu dengan lainnya. Pengakuan, penerimaan, pelukan dan doa adalah apa yang kita butuhkan untuk mencapai relationship goals. Sekalipun jalannya tidak mudah, ibarat berjalan dalam di atas beling kaca yang tajam. Namun relasi yang mahal terbentuk dari perjuangan yang besar. Anda dan pasangan selalu ada di antara pilihan jalan penuh resiko namun dengan keuntungan yang lebih besar atau pilihan yang aman namun tidak menumbuhkan.
Jalan ini membuat saya sadar satu hal, bahwa relasi yang ideal adalah relasi yang dibangun atas kekecewaan demi kekecewaan, luka demi luka, namun selalu berusaha untuk bangkit, belajar lagi menjadi pasangan yang baik dan saling mengampuni. Jika anda belum pernah melewati jalan ini, relationship goal hanya sekadar tagar belaka.