Tepat pada hari pertama PPKM darurat wilayah Jawa-Bali, saya menemani suami mendapatkan vaksin Covid-19 pertamanya. Vaksin yang didapatkan suami digelar di sebuah mall, tepat di pusat kota Surabaya. Penyelenggaraan dan pelayanannya sangat baik. Saya pun tidak ragu berbagi informasi ini di akun sosial media pribadi dengan harapan orang lain yang belum divaksin bisa mendapatkannya dengan cara yang aman dan nyaman seperti pengalaman suami saya.
Ternyata bukan hanya saya yang berbagi info vaksin di mall tersebut. Keesokan harinya, info serupa saya dapatkan melalui japri dan WA group. Namun, ada 1 perbedaan signifikan dari info yang saya bagikan dan info yang saya terima via WA. Yaitu cara pendaftarannya.
Menurut informasi pada poster resminya, cara pendaftaran vaksin ini hanya melalui web yang sudah ditunjuk oleh panitia. Namun, pada informasi yang beredar di WA, cara pendaftaran vaksin ini bisa menghubungi 2 contact persons via WA.
Sebelum terlambat, saya langsung cegah seorang kerabat yang berniat mendaftar vaksin via WA pada orang tak dikenal. Saya jelaskan baik-baik betapa sebaiknya kita hanya mendaftar melalui web sesuai keterangan pada poster resmi dan bukan pada pesan yang diteruskan di WA group.
Ketika mendaftar untuk vaksin, kita harus menyerahkan data pribadi. Kita membutuhkan e-KTP. Sungguh sangat berbahaya jika data pribadi bahkan hasil scan e-KTP kita jatuh ke oknum yang tidak bertanggung jawab. Bukan dapat vaksin, malah dapat bencana. Data dan e-KTP kita malah bisa disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Contoh penyalahgunaan e-KTP yang marak terjadi yaitu dipergunakan untuk memperoleh pinjaman online dari lender yang abal-abal, sama sekali tidak terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika hal ini sampai terjadi, maka kita sebagai pemilik e-KTP yang nantinya akan dikejar-kejar rentenir. Padahal, bukan kita yang mengajukan pinjaman tersebut. Selain itu, bukan tidak mungkin e-KTP kita dipergunakan untuk tindakan lain yang melanggar hukum dan merugikan orang lain.
Saya mengerti betapa kita ingin berbagi informasi vaksin pada rekan-rekan yang membutuhkan. Namun, sebaiknya kita memahami apa yang kita bagikan. Cek dahulu kebenaran informasi tersebut sebelum membagikannya pada orang lain. Jangan sampai ada orang lain yang dirugikan dari informasi yang kita bagikan. Bukankah kita berbagi informasi vaksin demi kebaikan bersama?