Akhir-akhir ini tren kasus perceraian cenderung meningkat. Pandemi Covid-19 disebut-sebut ikut menjadi pemicu. Contohnya di Jatim. Dari rangkuman 37 kantor pengadilan agama (PA), selama 2020 tercatat 80.958 kasus perceraian (Jawa Pos, 16/6). Kalau dirata-rata, per hari ada 222 pasangan suami istri yang memutuskan berpisah. Alias, muncul 222 janda baru dan 222 duda baru tiap hari.

Cuplikan singkat yang saya ambil dari rubrik ‘Jati Diri’ (JP, 26/6) di atas menunjukkan satu lagi sisi mengerikan pandemi Covid-19. Setelah sekian lama ‘absen’ menulis karena kesibukan yang menumpuk, tangan saya gatal untuk tidak mengulasnya. Bukankah menjaga relasi di saat krisis semacam ini justru semakin kita perlukan? Namun, jika perceraian itu bukan keinginan kita, tetapi mau tidak mau kita harus jalani, bagaimana cara menghadapinya?

Pertama, mempertahankan harapan sampai di pengadilan

Meskipun kita tidak mau bercerai karena alasan apa pun, toh perceraian bisa tak terhindarkan. Apalagi kalau kita kalah di pengadilan. Namun, janganlah menyerah sampai akhir. Tekad Anda ini membuktikan bahwa bukan Anda yang menghendaki perpisahan ini.

Kedua, mempersiapkan diri sejak dini

Saya tidak mengatakan bahwa Anda mengantisipasi perceraian. Sama sekali tidak. Namun, bukankah kematian pasangan bisa terjadi? Persiapan ekonomi yang matang bisa menolong Anda. Seringkali yang menjadi korban ekonomi adalah istri. Jika istri tidak punya tabungan dan kemampuan untuk bekerja setelah bercerai menurun drastis, bukankah perceraian jadi makin miris?

Ketiga, segera move on

Saya tidak sedang mengisyaratkan, apalagi mendorong Anda, untuk segera menikah. Saya hanya ingin Anda tidak terus-menerus tergerus virus kesedihan yang bukan saja membuat wajah Anda tirus, tetapi tubuh Anda pun jadi kurus. Ayo bangkit. Bukan hanya karena dunia tidak selebar daun kelor, tetapi kalaupun dunia selebar daun kelor, bukankah salah satu manfaat daun kelor adalah melindungi hati? Meskipun ada beda terjemahan ‘hati’ (lever) di sini, pasca perceraian, Anda benar-benar perlu hati-hati menata hati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here