Kisah bakpao viral ini dimulai di tahun 2015 ketika sang pemilik mulai berjualan bakpao hanya setelah seminggu belajar autodidak. Siapa yang menyangka, Legend Baozi yang saat ini membuat 800 bakpao setiap hari, awalnya hanya menerima pemasukan harian sebesar Rp 50.000,-. Ya…hanya lima puluh ribu, dan nominal itu sudah membuat sang pemilik gembira bukan kepalang.

Secara pribadi, saya sangat mengagumi semangat Bapak Hendry Santoso, pemilik Bakpao Legend Baozi. Perbincangan dengan Beliau memberi banyak inspirasi, dan saya membagikannya untuk setiap kita yang sedang merintis usaha atau sedang berjuang mempertahankannya dalam masa pandemi ini.

  1. Apa yang membuat Anda berani terjun dalam usaha ini?

Saya berpikir banyak orang yang sukses berjualan bakpao dan saya yakin saya pun bisa. Saya memulainya dari nol; belum paham pangsa pasar, belum tahu cara memasarkannya, hanya bermodalkan niat dan tekad. Namanya juga usaha, harus mencoba baru tahu hasilnya.

Awalnya saya menguleni bakpao secara manual, dengan tangan tanpa mesin. Belajar dari pengalaman-pengalaman usaha saya sebelumnya, saya tidak mau cepat-cepat investasi dengan modal besar; kalau tidak jalan malah rugi.

Jadi setiap hari saya berdiri dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore membuat bakpao secara manual tanpa mesin. Tubuh lelah bukan main, tapi tidak saya hiraukan. Saya tetap jalankan hari demi hari. Keuntungan menjual bakpao perlahan-lahan saya kumpulkan, baru saya mulai membeli mixer yang murah meriah. Kemudian baru membeli dandang kukusan yang besar. Semuanya bertahap, melalui proses yang panjang dan tidak instan.

Kalau melihat ke belakang, jika saya menyerah di hari-hari itu, saya tidak akan sampai di titik (sukses) ini.

2. Apakah sebelum terjun dalam bisnis ini Anda sempat menjalani bisnis lainnya?

Sebelumnya saya bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang laboratory diagnostic. Perusahaan ini menjual kebutuhan untuk laboratorium klinik, seperti pemeriksaan hematologi dan kimia klinik, dan lain sebagainya.

3. Apa saja tantangan, kendala, dan mungkin persaingan yang Anda hadapi selama merintis Legend Baozi?

Saat merintis usaha di awal 2015, media sosial belum seluas saat ini. Saya masih menggunakan Blackberry Onyx dan belum mengenal Whatsapp. Semua masih terbatas. Dana di rekening bank hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Tiga bulan berjalan, penjualan mulai menurun. Mungkin karena saya menjual produk halal. Namun, saya berusaha tetap berjalan dengan penuh kesabaran tetapi juga pasrah sepenuhnya. Sulit ngga? Dibilang sulit, ya sulit; dibilang tidak sulit, ya tidak sulit.

Saya berusaha melihat kendala dan tantangan justru sebagai motivasi untuk mencari peluang dan menjadi lebih baik. Saya terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga. Sejak dahulu saya termotivasi melihat kesuksesan yang diraih orang lain; saya jadi terpacu ingin sukses seperti mereka.

Saya tidak pernah merasa tersaingi walaupun faktanya banyak juga yang berjualan bakpao. Setiap orang memiliki pasar masing-masing. Saya juga percaya bahwa rezeki diatur oleh Tuhan; kita hanya perlu menjalani dan mengelolanya dengan baik dan bijak.

4. Bagaimana Anda tetap bertahan menghadapi kondisi sulit?

Saya berusaha konsisten dengan apa yang dikerjakan dan tetap fokus, meskipun memang tidak mudah. Setiap hari ada tantangan baru; setiap hari saya jalani dengan semangat baru mengerjakan semaksimal mungkin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here