Cinta. Membingungkan tetapi dirindukan. Rumit tetapi diperjuangkan. Bahkan ada yang rela menjadi “bucin” karena menganggap cinta adalah segala-galanya di dalam hidupnya.
Cinta seringkali berada di persimpangan antara logika dan perasaan, khususnya di dalam pencarian pasangan hidup. Ada yang percaya kalau cinta itu harus dipertimbangkan sebaik mungkin, dengan semua alasan yang masuk logika kita. Tetapi, ada yang menjalaninya dengan bersandar sepenuhnya kepada perasaan, karena cinta adalah hal indah yang harus dinikmati, dan bukan untuk dipikirkan.
Jadi, mana yang terpenting untuk cinta: logika atau rasa?
Cinta bukan tidak ada logika
Cinta tak mungkin dibiarkan mengalirkan begitu saja tanpa arah, karena bisa salah jalan dan bahkan malah merugikan.
Memang tidak ada manual book resmi untuk cinta yang berlaku di seluruh dunia, tetapi tentu diperlukan adanya rambu-rambu dan petunjuk arah, supaya cinta tetap berjalan di jalan yang seharusnya. Bukanlah sebuah kebetulan, ketika Tuhan memberikan akal budi kepada manusia. Tentu supaya manusia bisa berpikir dan juga mengambil keputusan yang tepat termasuk di dalam memperjuangkan cintanya.
Tidak ada salahnya untuk kita mengambil waktu tenang, duduk diam merenung dan mengevaluasi setiap relasi yang sedang atau akan kita jalani. Sehingga kita bisa mengambil langkah dan keputusan yang tepat untuk perjuangan cinta kita, Mungkin memang tidak akan bisa sempurna, tetapi paling tidak bisa menjadi lebih baik, sehingga kita bisa mendapatkan pasangan yang baik juga.