“Temanmu dipanggil guru gara-gara pacaran?” tanya saya dengan nada kaget.
“Iya, bener!” jawab anak kedua saya, Tata, yang masih duduk di kelas tujuh.
Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, ada baiknya sebagai orangtua, kita flashback lebih dulu ke masa SMP. Apakah kita pernah pacaran di usia itu? Jika ya, apa yang kita rasakan ketika pacaran dengan teman sekelas?
Saat SMP, terus terang saya beberapa kali dipanggil guru pembimbing sekolah. Namun bukan karena pacaran lho, melainkan karena bolos pas jam pelajaran tertentu, ha … ha … ha … Beda zaman, beda kenakalan.
“Bagaimana sih temenmu saat pacaran?” tanya saya penasaran.
“Ya, mereka kalau jalan selalu bareng sambil gandeng tangan, duduk, dan selfie-selfie bareng, bahkan saling memanggil dengan sebutan ‘sayang’ gitu,” tutur Tata.
Entah apa yang telah merasuki anak-anak zaman now, dan mengapa anak-anak sekarang sudah banyak yang melakukan hal-hal layaknya orang dewasa? Benarkah perubahan zaman dan kemajuan teknologi turut memengaruhi?
Setidaknya, dua hal ini wajib diketahui orang tua sekarang:
1. Hilangnya Tuntunan Orangtua
Sudah bukan barang aneh melihat balita bermain dengan gadget, bukan? Lihat saja di mal-mal dan tempat-tempat makan, banyak balita yang duduk sendiri atau ditemani susternya sambil ber-gadget ria. Meski bersama orangtua, anak-anak dan balita sering dibiarkan sendiri dengan gadget-nya.
Anak dan gadget menjadi salah satu contoh betapa berkurangnya waktu orangtua dengan anaknya. Minimnya waktu kebersamaan membuat minimnya juga kesempatan untuk mendidik dan menuntun anak dalam jalur ajaran orangtua.
“Saya tipe orang yang super aktif dan suka melakukan kegiatan dengan banyak orang, jadi sepertinya tidak cocok kalau hanya menjadi ibu rumah tangga,” celetuk perempuan karier yang sudah nyaman dengan profesinya. “Belum lagi masalah keuangan jika harus meninggalkan pekerjaan dan hanya menjadi ibu rumah tangga,” imbuhnya.
Tak bisa dipungkiri, kesibukan orangtua akan mengurangi waktu dalam memberikan tuntunan kebaikan bagi anak-anak mereka. Selain itu, masih banyak yang menganggap bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak butuh perempuan aktif, pintar, dan pandai bersosialisasi. Padahal, jika benar-benar dijalani, seorang ibu rumah tangga dituntut lebih dari itu semua, bukan?
Alih-alih mendapat tuntunan orangtua, anak hidup dan bertumbuh dalam tuntunan lingkungan dan tontonan yang dilihatnya. Apa yang baik menurut lingkungan dan tontonan, itulah yang menjadi patokan anak.